Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Uang PKI dan Demo Aksi Bela Islam

8 September 2017   18:46 Diperbarui: 9 September 2017   16:50 4696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : seputarindonesiaku.id

Bagi "pemain baru yang belum berpengalaman" cashmereka ini seringkali diambil langsung dari bank, sehingga terendus oleh PPATK yang langsung dikoordinasikan dengan aparat yang berwajib. Sialnya hal ini tidak langsung di proses, melainkan dibiarkan saja dahulu. Lama kemudian "saweran itu" pelan-pelan dibuka kembali. Barulah kemudian oknum yang berwajib ini akan menjadikan sipemain baru tadi menjadi "ATM berjalannya!" Setelah "ATM tadi kering" biasanya pihak yang berwajib akan memproses sipemain tadi....

Terkadang hal ini jadi kepikiran bagi saya. Kenapa menunggu "kering" dulu baru kemudian diproses? Aha, ternyata "kalau masih basah," pastilah kantor pihak yang berwajib itu akan didemo aksi massa hingga berjilid-jilid....

Terkait "pemain berpengalaman" yang biasanya adalah mantan-mantan pemain kuat di negeri ini, tentulah cash mereka ini sudah lama tersimpan di dalam lumbung tersembunyi yang tidak bisa diendus oleh K-9 yang paling berpengalaman sekalipun!

Masalahnya adalah isi didalam lumbung itu (karena terlalu banyak dan nomor serinya rapat) tidak akan mungkin ditukar dengan uang palu arit baru itu! karena hal itu pastilah akan mengundang kecurigaan banyak pihak. Itulah sebabnya bibib dan teman-temannya jauh-jauh hari sudah berusaha dengan segala cara agar uang baru tersebut bisa ditarik kembali.

Untung tak dapat diraih Malang itu di Jawa Timur! Usaha bibib dan kawan-kawan untuk membatalkan uang baru itu ternyata gagal. Akan tetapi bibib sudah mengantisipasinya dengan djitoe! Gelombang aksi "penjarakan sipenista agama" kemudian berjalan sesuai rencana. Nasi bungkus karet satu maupun karet dua dibeli dengan "oeang lama!" Mobil komando, toa, "Sari roti," spanduk, uang saku, transpor dan lain-lain juga pakai "oeang lama!"

Lalu masuklah sumbangan dari para "Hamba Allah" untuk demonstrasi kasus penistaan agama oleh Ahok ini yang menurut KH. Bachtiar Nasir, selaku ketua GNPF-MUI mencapai lebih dari Rp 100 miliar. Sebagian dana ini masuk lewat transfer yang memang tercatat, dan sebagian lagi berbentuk cash palu arit dengan nomor seri tidak berurutan! (sumber)

Jadi sekalipun uang palu arit itu gagal untuk dienyahkan, namun uang palu arit itu berhasil dihalau masuk untuk menggantikan "oeang lama," untuk kemudian tidur lagi di dalam lumbung. Ketika diperlukan mendadak, uang tersebut bisa dibangunkan dengan cepat tanpa harus menunggu jam kerja bank...

Sungguh super sekali!!!!

 

Salam super.....

Reinhard Freddy Hutabarat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun