Beberapa waktu yang lalu tersiar kabar dari Suriah melalui banyak media internasional, bahwa bantuan kemanusiaan dari Indonesia yang katanya ditujukan kepada pengungsi di Suriah, ternyata malah ditujukan kepada militan ISIS yang merupakan pembunuh kejam terhadap kaum pengungsi Suriah tersebut!
Betapa malunya harga diri bangsa ini ketika ternyata sebagian dari penduduknya justru adalah simpatisan ISIS! Jadi sebaiknya kita harus waspada terhadap bantuan-bantuan kemanusiaan untuk ke luar negeri yang katanya ditujukan kepada pengungsi Rohingya ini, agar kekeliruan seperti yang terjadi di Suriah kemarin itu tidak terulang kembali.
***
Konflik Rohingya ini memang sudah lama berlangsung. Bahkan sejak beberapa tahun yang lalu, Indonesia juga menampung warga Rohingya yang mengungsi ke Indonesia. Konflik Rohingya terakhir ini dipicu oleh serangan gerilyawan Rohingya pada 25 Agustus 2017 lalu. Ketika itu gerilyawan Rohingya menyerang sekitar 20 pos polisi yang kemudian menewaskan 12 orang polisi di negara bagian Rakhine, Myanmar. Akibatnya pemerintah Myanmar melakukan operasi militer besar-besaran untuk menumpas gerilyawan Rohingya yang bersembunyi diantara warga ini. Operasi militer tersebut membuat ribuan warga mengungsi ke Bangladesh.
Beberapa waktu yang lalu peristiwa yang hampir sama juga menimpa negeri jiran, Filipina. Filipina juga melakukan operasi militer terhadap gerombolan separatis Abu Sayyaf yang menyerang aparat keamanan dan warga sipil di Marawi, Filipina Selatan. Tak pelak operasi militer tersebut membuat puluhan ribu warga Marawi muslim harus mengungsi. Â Â
Indonesia juga sebenarnya sama seperti Myanmar ataupun Filipina. Bahkan jauh lebih sadis! Sejak awal kemerdekaan puluhan tahun yang lalu, Operasi militer untuk penumpasan DI/TII, PRRI/Permesta dan teranyar Genosida G30S/PKI, berhasil "mengurangi jutaan warga pemakan beras" di negeri ini! Belum terhitung jutaan warga yang harus mengungsi meninggalkan kampung halamannya. Ada ribuan warga Indonesia yang berada di luar negeri karena bertugas atau sekolah, tidak dapat pulang ke tanah air karena paspornya dibatalkan Soeharto! Akhirnya mereka menjadi stateless, warga tanpa negara! Mereka hidup dengan menumpang pada negara-negara yang berbelas kasihan kepada mereka...
Jangan lupakan juga Peristiwa Mei 1998! "Milisi Pribumi" meluluhlantakkan tatanan hidup sosial bermasyarakat. Puluhan ribu warga Tionghoa harus mengungsi meninggalkan rumah mereka. Bagi tukang mie, pengrajin tahu, dan jutaan warga Tionghoa miskin lainnya, mereka hanya bisa memasrahkan diri saja. Tiket pesawat untuk seluruh anggota keluarga ke Singapura plus biaya hidup di hotel selama beberapa bulan, jauh lebih mahal daripada harga nyawa mereka sendiri!
Lantas, adakah sesuatu hal yang dilakukan negara bagi mereka? Adakah warga yang melakukan aksi damai dan mengumpulkan dana untuk mereka yang tertindas itu...?
Ketika ada warga yang pergi berjihad ke Suriah dan Irak, lalu ke Marawi dan kini ada wacana ke Myanmar, mereka sebaiknya berkaca dulu. Sejak 50 tahun yang lalu, banyak WNI tidak diizinkan untuk pulang ke negeri nenek moyangnya sendiri. Lalu kemudian puluhan ribu WNI terpaksa mengungsi dari rumahnya sendiri. Setiap hari di negeri ini, ada WNI homeless yang mati kedinginan di pinggir jalan atau di dalam parit. Para pejabat dan anggota Dewan bergelimang dengan korupsi dan skandal. Artinya masih sangat banyak PR kita di dalam negeri.
Dan ingat, sebelum berteriak-teriak untuk mengecam negara lain, kita sebaiknya merenung dulu, karena kita sebenarnya jauh lebih sadis daripada negera-negara tetangga kita itu...
Salam hangat,