Maroef Sjamsoeddin kemudian berpamitan dari Freeport karena skenarionya bersama Sudirman Said lewat rekaman "sandiwara radio" itu ternyata tidak menghasilkan suatu keuntungan bagi Freeport maupun bagi dirinya sendiri bersama Sudirman Said.
Sementara sutradara Riza Chalid jauh hari sudah menghilang tanpa bekas! Maroef Sjamsoeddin akhirnya digantikan oleh Marsekal (purn) Chappy Hakim. Namun kemudian Chappy Hakim terpaksa harus mengundurkan diri juga karena Jonan (Menteri ESDM) memaksakan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) kepada Freeport untuk menggantikan KK. Tentu saja Freeport meradang!
Dalam KK, Kebijakan fiskal proyek bersifat nail down (Tarif pajak tetap sampai akhir proyek) bagi Freeport nail down ini merupakan jaminan investasi yang memudahkan mereka membuat proyeksi keuangan maupun investasi secara keseluruhan dalam jangka waktu panjang.
Pada IUPK, kebijakan fiskal menganut sistim Prevailing (Tarif pajak sesuai dengan Tarif pajak yang berlaku) Dengan sistem ini, Freeport merasa kesulitan membuat proyeksi keuangan/investasi dalam jangka panjang, karena harus menyesuaikan tarif pajak yang berubah-ubah sesuai dengan kebijakan pemerintah yang bisa saja akan merugikan investasi mereka kelak. Intinya, biaya yang dikeluarkan Freeport kini menjadi lebih besar!
Apapun itu, kali ini Freeport benar-benar berhadapan dengan lawan tangguh, seorang menteri yang penampilannya biasa saja, tidak terlalu istimewa, tetapi koppig dan mempunyai integritas yang tinggi! Frasa "Everybody has a price" sepertinya tidak berlaku bagi orang koppig ini. Tetapi bisnis harus berjalan terus, dan Freeport pun kemudian mengambil langkah bijaksana....
Salam hangat
Reinhard Freddy Hutabarat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H