Tetapi sekarang keadaannya sudah berbeda. Hendra sudah belajar banyak hal, karena orang-orang hanya mau mendengar "apa yang mereka mau dengar!"
Ketika seseorang telah disebut penjahat, maka dia haruslah tetap menjadi seorang penjahat! Media dan orang-orang kepo lalu akan mencari-cari segala kesalahannya, termasuk juga  "kejahatan yang dilakukannya sebelum dia dilahirkan..." Cerita hanya  bisa berbalik kalau seandainya ada berita yang lebih besar lagi mengenai  dirinya. Misalnya sipenjahat tersebut ternyata selama ini diselingkuhi  oleh pacarnya yang penggemar sadomasochism! Atau sipenjahat tersebut ternyata sejak kecil sering digigit oleh anjing pitbull...
Hendra kini berada pada waktu dan tempat yang tepat! Dia tinggal di cluster mewah, bertetangga dengan mantan Gubernur, mantan petinggi DPR, mantan  Dirut Bank atau Penggelap pajak milyaran rupiah. Disini tinggal para  penjahat kelas kakap dan koruptor yang hasil korupsinya bisa memberi  makan sejuta orang di warteg selama seminggu! Walaupun sangat jahat,  mereka itu tetap dipuja dan dikunjungi oleh orang-orang yang bahkan  tidak mereka kenal! Penjahat kelas kakap itu bak selebiti. Entah kenapa  orang-orang sangat tertarik dan tidak bosan-bosan ingin mendengar cerita  tentang mereka itu. Luar biasa.!
Ketika cerita lama terkuak lagi,  lapas segera geger! Ternyata benar Hendra "anak alay" dulu itu adalah  gembong narkoba. Lima tahun anak alay itu berpura-pura gila dan rela  tinggal di sel kumuh dan bau bersama para gembel agar terhindar dari  ancaman Jordan, Dicky dan gembong narkoba lainnya. Ketika itu polisi  juga tidak bernafsu lagi mengejar Hendra terkait hilangnya narkoba para  bandar besar itu. Bandar besar terakhir, Jordan juga sudah tewas bersama  Amir, sipendatang baru. Jadi tinggal Hendra sendirilah yang tahu cerita  sebenarnya...
Sekarang puluhan media lokal dan asing  mengantri untuk mewawancarai Hendra. Sekarang dia punya seorang  sekretaris untuk mengatur urusan dengan media. Tetangganya, pak Hanafi,  seorang pengusaha kakap yang terkena kasus "restitusi pajak palsu"  berbaik hati meminjamkan salah satu sekretarisnya untuk mengurusi hal  tersebut dari kantornya di Sudirman. Itu membuat wawancaranya menjadi  exclusive dan bernilai tinggi.
Ketika salah satu media  dari Sydney bertanya kepada Hendra, apakah dia terlibat dalam perang  antar gangster di Perth baru-baru ini, yang juga melibatkan Triaddari Hongkong itu? Hendra hanya terdiam, menatap tajam kepada siwartawan karena bingung dengan pertanyaan aneh tersebut...
Kemudian jurnalis asing tersebut menulis di artikelnya, "...Alcapone muda itu hanya terdiam, penuh penyesalan atas tragedi berdarah  tersebut, tapi dia berjanji, hanya kepada kami saja, kelak akan  mengungkapkannya kalau waktunya sudah pas..."Â
Blessing in disguise...
***
Walaupun seorang napi, Pak Hanafi tetap "ngantor" di lapas ini. Rapat-rapat via Skype,  menandatangani buku cek, selalu dilakukannya secara rutin. Hanafi  bahkan sering memanggil salah satu dari manajernya datang ke lapas untuk  dimaki-maki! Tidak perduli apakah itu malam, subuh-subuh atau kapanpun  dia mau!Â
Pak Hanafi seorang "ayah yang baik" Dia baru saja  membelikan anak bungsunya sebuah mobil ferrari baru. Gunawan, bos dari  dealer mobil mewah tersebut menerima pembayarannya di lapas. Bukan itu  saja, Gunawan juga mendapat limpahan rezeki dari orderan tetangga pak  hanafi...