Kondisi ini mirip-mirip dengan era krisis yang melanda "bank-bank keluarga" pada 1997 dulu. Ketika nasabah debitur adalah pemilik bank sendiri, maka bencana sudah menanti di depan mata! Akhirnya debitur merangkap bankir tersebut kabur ke luar negeri! Developer nakal sering menahan pembayaran untuk kontraktor dan suplier hanya karena untuk membayar cicilan KPR unit apartemen yang sedang dibangunnya sendiri. Akibatnya penyelesaian bangunan menjadi molor. Ketika gain yang diharapkan pada masa pembangunan tidak terjadi, maka cash-flow proyek pasti akan terganggu!
Di sektor menengah inilah (terutama ruko) yg membuat harga properti menjadi liar tidak terkendali, dan tidak masuk di akal! Sialnya para spekulan itu bermain di banyak tempat dengan memakai kredit perbankan dan "uang panas." Ketika terjadi perlambatan atau gejolak, maka bencana sudah mengintai yang kemudian akan mengkoreksi harga, lalu membawa efek bola salju yang akan menyeret industri bahan bangunan, kontraktor dan tentu saja industri perbankan.
Kredit macet properti yg paling besar memang tetaplah di sektor ruko! Ruko memang paling enak untuk "digoreng!" Biaya membangun ruko itu nyaris sama saja. Di properti harga tanah memang jadi pembeda. Akan tetapi komponen utama harga ruko itu adalah "faktor psikologis" Harga dua unit ruko yang terletak pada jalan yg sama bisa berbeda terkait faktor "fengshui." Sama seperti "garis tangan," fengshui justru sering diciptakan oleh "para suhu" suruhan developer...
Kini zaman sudah berubah, membuat orang semakin realistis. Sektor properti sekarang dalam ancaman karena di sektor menengah permintaan mulai "menyesuaikan diri"Â dengan kebutuhan yang sebenarnya! Kini ada puluhan ribu ruko kosong melompong. Sebagian dari ruko itu bahkan keburu "basi sebelum sempat digoreng" mangkrak terlantar tanpa jendela, karena kusennya digotong para tukang yang gajinya belum dibayar kontraktor yang sudah keburu "lari malam..." Dulu, sewa ruko menjadi andalan investor untuk menambal cicilan kredit. Kini, di tengah lesunya sektor retail, dikasih ruko gratis pun, pedagang belum tentu juga tertarik.
Ketika warga semakin selektif membelanjakan duitnya, lalu sewa 1 unit ruko itu mencapai Rp 150 juta/tahun, kira-kira dagang apa ya supaya bisa membayar gaji pegawai, sewa ruko, operasional ruko, trus biaya jalan-jalan ke Maldives...?
Salam hangat,
Reinhard Freddy Hutabarat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H