Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik featured

Polemik Kasus Novel Baswedan

21 Juni 2017   08:12 Diperbarui: 22 Februari 2018   16:46 1564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Baswedan saat ditemui di Singapura, Kamis (2/11/2017). (Kompas.com/Amir Sodikin )

Polisi juga selalu mengandalkan preman (informan lapangan) untuk pengungkapan suatu kasus. Jadi setiap kejadian “kriminal biasa/wajar”, pasti akan bisa dimonitor oleh polisi. Itulah sebabnya maling ayam pasti akan cepat tertangkap. Seperti halnya google map yang memetakan lokasi, dunia kriminal juga memetakan para pelaku dan jenis kejahatan berdasarkan zonasi wilayah. Ketika terjadi “perpindahan aset” (ayam) dari satu wilayah ke wilayah lainnya, maka hal itu akan termonitor dengan baik. Ketika polisi tidak merespon, maka “perpindahan” itu akan menjadi legal. Dan sebaliknya, ketika polisi merespon, maka sang maling akan apes, berakhir di hotel prodeo...

Para penyerang itu tentulah orang-orang profesional. Itu karena serangan tersebut berhasil mengenai target. Mereka juga berhasil kabur secepatnya, dan mereka tidak (belum) dapat diidentifikasi. Polisi tentu saja mempunyai banyak daftar nama penyerang profesional, tetapi mereka itu umumnya memakai pisau, clurit, golok atau senjata api dalam bekerja. Ketika salah satu dari mereka memakai air keras “dalam bekerja,” polisi kehilangan ide untuk mengungkapnya! Ini memang termasuk KLB (Kondisi Luar Biasa) bukan termasuk “kriminal biasa/wajar” sehingga sulit untuk dilacak.

Ketiga, Sikap profesional Polisi.

Kasus ini sudah berjalan lebih dari dua bulan tanpa ada tanda-tanda kejelasan. Tentu saja wajar kalau Novel dan masyarakat meragukan keseriusan polisi untuk mengungkap kasus ini. Kasus sekuel “cicak buaya” tentu saja menambah bumbu penyedap Novel menyebut nama Jenderal dalam kasus ini. Sepertinya kasus hukum ini sudah menyerempet ke ranah politik! Sehingga ada dugaan polisi terkesan “maju-mundur” menangani kasus ini.

Ketika Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengunjungi kantor KPK untuk membahas kasus Novel ini, keraguan pun semakin mencuat. Kasus Novel ini adalah kasus kriminal yang bisa dan biasa ditangani oleh Polsek atau Polres. Mengapa sampai harus Kapolri sendiri yang menanganinya? Sinyalemen Jenderal oleh Novel ini semakin menguat karena sepertinya seorang Kapolda juga terlihat kesulitan mengungkap kasus ini dengan cepat. Sepertinya Kapolri akan membentuk sebuah Tim khusus yang langsung bertanggung jawab kepadanya untuk menangani kasus Novel ini. Semoga semuanya cepat terungkap, dan kesehatan Novel Baswedan segera dipulihkan oleh-Nya, Amin.

Reinhard Hutabarat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun