Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cinta Segi Tiga, Arab Saudi-Qatar-Iran

17 Juni 2017   09:58 Diperbarui: 18 Juni 2017   06:04 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Kumparan.com

Negara-negara Teluk kini bergejolak seiring dengan blokade yang dilakukan oleh Arab Saudi dan “para selirnya” itu terhadap Qatar. Blokade itu sungguh sangat tidak masuk diakal dan terkesan dibuat-buat, dan menunjukkan sisi arogansi Arab Saudi yang tidak ingin disembunyikannya lagi kepada dunia. Konflik Teluk kali ini semakin membuka mata kita untuk memahami bahwa selama monarki Arab Saudi yang merupakan kaki tangan Amerika Serikat itu masih berkuasa, maka kedamaian bagi negara-negara Islam, dan khususnya negara di kawasan Teluk tidak akan pernah bisa tercapai.

Tindakan blokade “bodoh, gegabah dan kejam” dari Arab Saudi dan sekutunya ini, bukan saja membuat susah masyarakat di sekitar kawasan Teluk, tetapi juga akan mengundang “raksasa-raksasa buruk” untuk semakin memperburuk kawasan Teluk itu sendiri. Blokade Arab Saudi dan sekutunya ini justru merupakan sebuah bentuk teror kepada rakyat Qatar dan kepada jutaan pekerja asing yang mencari nafkah disana. Blokade itu bukannya menekan, malah justru menaikkan citra Emir Qatar dimata internasional.

Tujuan dari blokade darat, laut, udara, dan ekonomi tersebut adalah agar penduduk Qatar “tersiksa” sehingga membuat citra pemerintah Qatar menjadi sangat buruk dimata penduduknya sendiri. Syukur-syukur terjadi gelombang demonstrasi yang bisa berujung pada kudeta untuk menggulingkan Emir Qatar yang sekarang ini. Berhasilkah “mimpi” Arab Saudi dan Amerika Serikat tersebut terwujud? Menarik untuk kita amati. Sekalipun kecil, Qatar bukanlah Irak, Libya, Suriah maupun Lebanon...

Konflik dan blokade tersebut kini malah mendatangkan berkah bagi Iran yang adalah musuh bebuyutan Saudi dan Amerika Serikat sendiri. Turki kemudian juga menyatakan bahwa mereka siap memenuhi permintaan pasokan makanan dan minuman bagi Qatar. Rusia juga baru saja mengekspor 20.000 ton tepung ke Qatar lewat Iran. Kalau diminta, tentu saja Rusia akan dengan senang hati menjual kepada Qatar berbagai senjata, tank, rudal/misil atau pesawat tempur untuk mengimbangi peralatan tempur yang baru saja dibeli Arab Saudi dari Amerika Serikat.

Bagi Iran, konflik Teluk ini seperti sebuah pepatah indah, “pucuk dicinta ulam tiba!” Selama ini Iran praktis sendirian karena semua negara-negara “Wahabi” Teluk terlanjur “menistakan” Iran. Kini Iran mempunyai teman, tetangga persis didepan rumah. Kini Iran adalah jembatan penghubung bagi Qatar ke negara-negara luar. Iran kemudian memberikan semua akses wilayah udaranya kepada Qatar, karena jalur penerbangan Qatar hanya melalui Iran saja. Jadi blokade ini mendatangkan keuntungan besar bagi Iran...

Blokade tentu saja membuat biaya transportasi semakin tinggi yang otomatis membuat harga barang-barang akan semakin mahal. Selama ini Qatar sangat bergantung kepada Saudi. Hampir semua kebutuhan pangan dan barang konsumsi lainnya didatangkan dari Saudi lewat darat. Saudi memang adalah satu-satunya negara yang daratannya berbatasan dengan Qatar. Kini hubungan Saudi-Qatar memburuk akibat “perselingkuhan” Qatar dengan Iran.

Akan tetapi blokade itu belum akan mengganggu perekonomian Qatar. Qatar adalah negara terkaya di dunia dengan GDP (Gross Domestic Product) perkapita mencapai US$ 129.000! Rakyat Qatar bahkan tidak perlu membayar pajak. Kalau Qatar mau, Qatar bisa saja memindahkan 313 ribu penduduk aslinya secara gratis untuk berlibur di Ibiza, di tepi Laut Mediterania sampai blokade berakhir. Jadi blokade ini memang tidak akan berhasil untuk melemahkan perekonomian Qatar.

***

Sejak Sheikh Hamad ibn Khalifa Al Thani berkuasa pada tahun 1995, Qatar melakukan liberalisasi disegala bidang, seperti misalnya medorong hak politik perempuan untuk memilih di Pemilihan Daerah. Emir Hamad lalu membentuk konstitusi tertulis pertama yang memberikan jaminan hak-hak bagi masyarakat termasuk jaminan non-diskriminasi atas perbedaan apapun, baik jenis kelamin, ras, bahasa maupun agama. Pada tahun 2008, sebuah gereja Katolik Roma kemudian berdiri di Qatar.

Banyak dari selebriti dunia memiliki apartemen ataupun aset properti di Doha, Qatar. Artinya Qatar memang ramah pada setiap orang dan perbedaan, sesuatu yang sangat sulit untuk didapatkan dari negara-negara Arab lainnya. Negeri petro dollar ini juga terus membangun dan melakukan ekspansi besar-besaran disegala bidang. Qatar bukan cuma concern membangun infrastruktur fisik, tetapi juga infrastruktur teknologi dan informasi, sistim pendidikan, jaminan kesehatan dan kebutuhan masyarakat lainnya. Modernisasi itulah sebenarnya “pemicu” utama ketegangan di kawasan Teluk selama ini.

Selama ini Arab Saudi adalah pemain utama di kawasan Teluk. Modernisasi yang dilakukan Emir Hamad pada 1995 membuat Qatar menjadi “Arab” yang berbeda. Arab diluar Qatar adalah Arab monarki yang terikat dengan aturan-aturan tradisional yang kaku, diskriminatif dan membenci demokrasi. Arab Qatar adalah kaum terdidik yang tahu visi misi negerinya. Mereka tahu apa yang hendak mereka capai lewat mimpi dan cita-cita mereka. Mereka berbicara soal pendidikan, musik, film, expo, olah raga, bahkan penyelenggaraan sepak bola Piala dunia di Qatar! Qatar kini mengusung brand, image yang positip. Berbeda jauh dengan Arab-Arab yang sering bergentayangan di Puncak itu....

Modernisasi dan demokratisasi yang dilakukan oleh Qatar tersebut tentu saja sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup monarki otoriter Arab Saudi yang selama ini bergelimang dengan segala kemewahan hidup. Ketika rakyat Arab Saudi ingin hidup seperti rakyat Qatar, maka mereka mungkin saja akan segera menggulingkan raja lalim tersebut! Dulu revolusi Iran yang berhasil menggulingkan monarki Pahlevi, membuat Iran “dikafir-kafirkan” Arab monarki. Kini modernisasi monarki Qatar, justru membuat mereka dihadiahi sebutan, pendukung teroris!

Sangat menarik untuk menantikan kelanjutan dari “Drama Padang Pasir” ini. Benarkah Qatar pendukung ISIS, Al-Qaeda dan kelompok Islam radikal lainnya? Apakah Qatar bisa menjadi sebuah ancaman untuk stabilitas kawasan Teluk? Tentu saja tidak! Tidak ada satu bukti pun yang menunjukkan bahwa Qatar mendukung teroris. Qatar juga terlalu kecil untuk disebut sebagai ancaman, bahkan untuk mengganggu negara sekelas UEA!

Kalau begitu, apakah yang mengganggu Arab Saudi? Hanya satu kata saja, Tengil! Ya, Qatar terlalu tengil. Brand/Image yang diusung Qatar itu sering “menyilaukan” tetangganya. Modernisasi yang dilakukan oleh Emir Hamad pada 1995 lalu itu mengingatkan kita kepada mantan Prime MinisterLee Kuan Yew. Kini kehadiran Qatar di kawasan Teluk seperti keberadaan Singapura diantara tetangga-tetangganya di Asean. Singapura bukanlah ancaman bagi siapapun. Tapi mereka suka terlalu tengil, entah terhadap visi misi mereka sendiri, maupun cara mereka memandang tetangganya....

Reinhard Hutabarat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun