Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Afi di Pusaran Kegilaan Dunia Sosmed

4 Juni 2017   18:45 Diperbarui: 4 Juni 2017   18:59 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Nasional Kompas

Berita tentang Afi mendadak viral ditengah kehidupan para netizen. Sosmed di dunia maya memang sangat jauh berbeda dengan dunia media cetak yang terikat dengan kaidah-kaidah etika jurnalistik yang ketat. Jangan coba juga bandingkan sebuah “kajian ilmiah di sosmed” dengan kajian ilmiah dari sebuah disertasi yang disidangkan di kampus.

Facebook adalah galeri tempat berkumpulnya para seniman yang tidak mendapat tempat di dunia nyata. Sosmed adalah kampus tempat berkumpulnya para profesor yang tidak mempunyai mahasiswa di dunia nyata. Sosmed adalah rumah bagi kaum gelandangan, dan panggung bagi mahluk-mahluk gaib yang tak berwujud, dimana akun-akun tuyul bisa bergentayangan dengan bebas. Dari sinilah kehebohan ini dimulai, karena Sosmed memang identik dengan kehebohan itu sendiri. Itu adalah sisi lain dari dunia facebook yang memiliki banyak wajah tersebut...

Mari kita cermati beberapa hal yang menarik dari fenomena Afi ini.

Pertama, untuk seusia Afi, apa yang ditulisnya dalam akun fb-nya tersebut tentu saja termasuk wisdom diatas rata-rata anak seusianya. Terlepas dari apakah itu plagiarisme atau tidak, tulisannya itu sangat menginspirasi, terutama bagi kaum “alay, lebay, galauataulemah jiwa!” banyak dari pembaca itu kemudian men-share tulisan tersebut, sehingga semakin banyak netizen yang mengenal Afi lewat tulisannya tersebut. Akun Afi kemudian berkibar laris manis. Tapi jangan lupa, ada banyak akun-akun seperti Afi yang memberikan pencerahan di facebook...

Ada ubi ada talas. Ada yang berbudi tentu ada yang culas! Yang culas lalu melaporkan akun Afi tersebut, dan akhirnya akun facebook Afi di-suspend! Babak pertama kehebohan pun dimulai. Di facebook kemudian terjadi perang opini antara “yang berbudi dan yang culas.” Akhirnya akun facebook Afi aktif kembali. Bagi “gerombolan si Budi” aktifnya kembali akun facebook Afi ini, dianggap bak “Malam Takbiran, kemenangan atas kebathilan!” Euforia seperti ini terasa wajar kalau di alam maya, dan menjadi aneh kalau di alam nyata!

Setelah disangrai dengan berbagai bumbu penyedap ala alam maya, nama Afi mendadak viral. Siswi SMAN Negeri 1 Gambiran, Banyuwangi, Jawa Timur ini mendadak artis, hingga diundang ke Istana, bertemu dengan presiden Jokowi dan para pejabat tinggi lainnya. Hal ini tentu saja membuat yang culas menjadi dengki dan sirik!

Kedua, “yang culas dan kaum akademisi” kemudian mempunyai pandangan yang berbeda perihal Afi ini. Ternyata tulisan Afi yang diunggah di laman facebook pada 25 Mei dengan topik belas kasih tersebut, “sebelas dua belas” dengan tulisan Mita Handayani yang diunggahnya ke laman facebook pada 30 Juni 2016! Isu tak sedap soal plagiarisme ini kemudian merebak.

Dialam nyata, apalagi didalam dunia akademisi, plagiat tentu saja perbuatan yang tercela dan diharamkan! Semua orang sepakat dengan ketentuan tersebut. Tetapi tunggu dulu. Kita berbicara di sosmed, dimana aturan mainnya belum diatur sedemikian rupa. Pasti ada juga diantara blogger yang tulisannya pernah di-”plagiat” oleh orang lain (di sosmed tentunya) Menyikapi hal ini tentu saja setiap blogger mempunyai pandangan yang berbeda-beda pula.

Ini pendapat subjektif saya pribadi dalam menilai isu ini. Saya tidak setuju dengan plagiarisme, tetapi saya bisa memahami tindakan Afi dalam kapasitasnya sebagai seorang remaja yang harus selalu tampil “eksis!” Coba lihat tulisan Afi di laman facebooknya itu. Tulisannya sangat inspiratif dan bijaksana dalam usia yang sangat muda. Afi bak “Mario Teguh” yang menginspirasi remaja muda maupun remaja tua... Membuat tulisan bagus secara konsisten, tentulah bukan pekerjaan mudah, apalagi buat remaja seusia Afi...

Dunia kita memang dunia hedonis yang dibungkus dengan kemunafikan. Dunia kita diukur dengan jumlah “likedanhits” dari setiap postingan yang kita unggah di sosmed. Kita terbiasa hidup seperti mahluk amfibi yang hidup didua alam yang berbeda. Di alam nyata kita bersikap “jaim” tetapi di dunia maya kita terbiasa narsis, lebay, alay atau galau.. yang dipersonifikasikan dalam berbagai update status...

Kita memang hidup dan terjebak dalam keanehan dunia sosmed ini. Dan itu juga yang menjebak Afi dalam eksistensinya di dunia maya yang harus selalu bisa tampil piawai menginpirasi orang lain. Kalau mau eksis, dan tidak mau ditinggal para netizen, blogger harus bisa menuliskan isu-isu yang sedang happening. Dunia memang tidak selalu menghargai kejujuran maupun kesederhanaan, dan kita semua terjebak dalam pusaran itu.

Apa pun itu, Afi harus bisa mengambil hikmah dari “ketidaknyamanan” ini. Tidak ada gading yang tak retak! Afi tidak perlu larut dalam kesedihan, dan tidak perlu terlalu mendengar teriakan para pencemooh. Sebagian dari yang menegur itu tentu bermaksud baik, demi masa depan Afi sebagai seorang blogger yang baik. Tetapi sebagian lagi jelas tidak! Mereka hanya iri kepada peruntungan Afi yang bisa bercengkerama dengan presiden di Istana Negara, sebab mereka hanya bisa melihat bayangan Afi dari kejauhan di balik jeruji pagar Istana itu....

Salam hangat

Reinhard Hutabarat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun