Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Marawi, Pintu Gerbang ISIS Menuju Indonesia

30 Mei 2017   13:22 Diperbarui: 30 Juni 2017   05:38 4698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Internasional - KOMPAS.com

***

Kabar terakhir, kini WNI yang tadinya tidak mau dievakuasi dari Marawi itu, kemudian meminta untuk dipulangkan ke Indonesia bersama WNI lainnya. Tanpa bermaksud suudzon, kita harus bijaksana mencermati keberadaan WNI dari Filipina, termasuk mantan Filipina yang masuk Indonesia lewat deportasi TKI Malaysia. PR besar buat Imigrasi adalah, ada ribuan WNI yang pergi meninggalkan Indonesia dengan visa turis/visa umroh, kemudian “menghilang ditelan bumi” tanpa pernah melapor ke KBRI/KJRI di negara tujuan.

Setelah “berhibernasi,” tanpa diketahui keberadaan dan aktifitasnya secara jelas selama ini, mereka ini kemudian pulang ke tanah air dengan SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor) atau deportasi. Apakah mereka masih orang yang sama? Sepertinya selama ini tidak ada yang pernah mempertanyakannya....

Salah satu yang menjadi kekhawatiran penulis adalah deportasi WNI yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia. Tidak semuanya WNI itu adalah TKI (Ilegal maupun legal) Sebagian dari mereka itu adalah mujahidin eks Mindanao maupun Timur Tengah. Sebagian lagi adalah kurir narkoba, dan sebagian lagi adalah kriminal lintas negara. Sepertinya Pemerintah Malaysia dan Singapura cenderung membiarkan saja masalah tersebut. Yang penting orang-orang tersebut secepatnya di deportasi dan dipastikan tidak akan mungkin menginjakkan kakinya di negara mereka lagi.

Kita sepertinya belum memiliki konsep yang jelas soal isu pertahanan dan keamanan Nasional yang dilakukan oleh “Infiltrasi orang dalam” yang memiliki paspor hijau (WNI)

Kemampuan tempur TNI jelas termasuk 10 besar dunia, dan sangat dihormati oleh negara  lain. Reformasi yang kebablasan, isu HAM dan tidak kuatnya payung hukum untuk menangkal terorisme, membuat Indonesia menjadi bulan-bulanan para keparat penghianat bangsa lewat aksi-aksi teror dan bom mereka kepada kita!

Para teroris “lokal” ini jauh lebih berbahaya daripada tentara Belanda maupun tentara Dai Nippon yang gampang dikenali! Teroris ini berbicara dengan bahasa yang sama dengan kita. Makan gorengan yang sama juga dengan kita, bahkan bau dan gaya kentutnya pun sama dengan kita. Paspor dan KTP juga sama. Bahkan panci yang dipakai untuk meledakkan bomnya kepada kita, adalah sama dengan panci yang berada di dapur rumah kita! Mungkin teroris ini adalah sepupu kita sendiri. Akan tetapi ketika dia menghilang sebentar dan kemudian kembali lagi, ternyata dia bukan orang yang sama lagi....

Semoga RUU Teroris yang rencananya akan dibahas oleh DPR setelah molor bertahun-tahun ini, dapat mengakomodasi kepentingan strategi pertahanan dan keamanan Nasional NKRI, baik terhadap gangguan dari luar negeri maupun gangguan keamanan dari dalam negeri sendiri.

Salam hangat

Reinhard Freddy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun