Pesta Pilkada DKI 2017 telah usai, dan masih ada waktu sekitar enam bulan lagi bagi pasangan Anies-Sandi untuk memulai tugas mereka sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang baru. Tugas maha berat sudah menanti mereka. Pertanyaan pertama sudah menghadang Anies. Akankah dia mau menyediakan waktu setiap pagi untuk menerima keluhan warga, seperti yang dilakukan oleh Ahok sebelumnya?
Pemandangan itu dilihat Anies dengan mata kepala sendiri, ketika menjumpai Ahok ke Balai Kota DKI Jakarta pada Kamis 20 April 2017 pagi hari ini, sebelum Ahok mengikuti persidangan dirinya dalam kasus penistaan agama. Seperti biasanya, Ahok setiap pagi melayani warga yang ingin dibantu, maupun yang ingin sekedar bersalaman dan berfoto bersama. Warga yang datang itu tidak semuanya warga DKI saja, melainkan banyak juga warga luar daerah.
Ada beberapa masalah penting yang menjadi pembahasan Ahok dengan Anies. Yang pertama tentu saja soal rekonsiliasi pendukung Ahok dan Anies yang terpolarisasi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 kemarin. Pemilihan waktu pertemuan pada pagi hari memang disengaja, mengingat Ahok akan mengikuti persidangan kasusnya pada siang hari. Langkah Ahok dan Anies ini patut kita apresiasi mengingat panasnya suhu politik yang terjadi diantara para pendukung sebelumnya.
Yang kedua dan juga sangat penting adalah pembicaraan awal agar bagaimana program-program yang sudah direncanakan Anies-Sandi pada kampanye mereka kemarin, bisa masuk dalam anggaran yang akan disiapkan oleh Pemda. Oleh karena itu Ahok mengundang Anies dan tim anggarannya untuk ikut memantau proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI 2018
Seperti diketahui, proses penyusunan APBD DKI dimulai bulan April sampai dengan bulan Oktober. Sementara Pilkada putaran kedua dilaksanakan kemarin, dan pelantikan gubernur baru pada bulan Oktober nanti. Memang ada “mismatch” dengan jadwal keduanya. Artinya, APBD yang sudah disusun oleh gubernur sebelumnya, tentu saja akan menjadi tidak sinkron dengan rencana kerja yang dijanjikan oleh gubernur baru dalam kampanyenya sebelumnya. Itulah sebabnya Ahok mengundang Anies, agar mereka bisa duduk bersama membahas anggaran agar program “OKE-OCE” Anies-Sandi bisa klop dengan APBD DKI.
Langkah Ahok dan Anies ini sungguh patut kita apresiasi. Beginilah seharusnya yang dilakukan oleh seluruh pejabat publik di negeri ini. Pilkada telah usai, persaingan dan rasa tak enak pun seharusnya juga usai! Kini keduanya bersatu untuk merekonsiliasi para warga yang sebelumnya terpisah untuk bersatu kembali, dan juga menata APBD secara bersama agar sesuai dengan rencana kerja gubernur baru, demi kemaslahatan seluruh warga DKI juga.
***
Beban lain yang harus dihadapi oleh Anies adalah “musuh dalam selimut,” yaitu para “teman” yang sebentar lagi akan mulai meminta konsesi-konsesi. Memang tidak ada “makan siang yang gratis.” Ada ubi ada talas, ada budi ada balas! Walaupun menjadi gubernur baru, posisi tawar Anies sangat lemah, jauh lebih lemah dari Sandi yang telah mengeluarkan puluhan miliar dari koceknya sendiri untuk keperluan kampanye.
Kemarin ketika berkampanye, Anies-Sandi ini juga banyak mengumbar janji yang pasti akan segera ditagih warga. Dari banyak janji tersebut yang paling ditunggu adalah sebagai berikut,
1. Program Rumah DP 0 Rupiahbagi semua warga DKI.
Skemanya adalah, peminat diminta untuk menabung dulu selama 6 bulan di bank DKI. Hasil tabungan tersebut menjadi pengganti DP yang nilainya sebesar 10% dari harga rumah yang akan dibeli. Cicilan KPR tetap sesuai dengan ketentuan umum, dengan tenor mencapai 15 tahun.
2. Program Transportasi Terintegrasi Rp 5.000
Ini adalah moda transportasi berbasis “one fare transportation,” satu tiket terusan terintegrasi berbiaya Rp 5.000 untuk seluruh jenis angkutan. Misalnya untuk sekali jalan warga hanya membayar Rp 5.000, sudah termasuk naik TransJakarta, Kopaja, Metromini dan angkutan umum lainnya.
3. Menghentikan Reklamasi Teluk Jakarta
Anies-Sandi berjanji tidak akan melanjutkan proyek Reklamasi Teluk Jakarta dengan alasan merusak lingkungan dan merugikan para nelayan. Lalu bagaimana nasib para pekerja proyek dan juga pembeli properti disana? Dan jangan lupa, sebagian pulau reklamasi adalah milik PT. Pelindo (pemerintah) sangat menarik untuk melihat bagaimana cara Anies mengatasi permasalahan ini.
4. Menghentikan Penggusuran diseluruh Jakarta
Sejak dari awal kampanye, Anies selalu berjanji tidak akan melakukan penggusuran. Menurutnya penggusuran tidak manusiawi dan hanya membuat warga miskin menderita. Anies-Sandi berjanji akan melakukan penataan kembali untuk merapikan lingkungan Jakarta tetapi bukan penggusuran.
5. Menutup Alexis
Kalau terpilih menjadi gubernur, Anies berjanji akan menutup Alexis, dengan alasan karena dia tidak ingin peredaran narkoba dibiarkan begitu saja. Saat debat Pilkada yang diselenggarakan oleh KPU pada Jumat 13/1/2017 lalu, Anies menyindir Ahok karena tidak berani menutup Alexis. Menurut Anies, Ahok tidak berani merusak kenyamanan yang dimiliki oleh lapisan masyarakat kelas menengah tersebut.
Sebenarnya kalau soal narkoba, peredarannya sudah merambah keseluruh pelosok negeri ini. Bahkan sebagian besar peredaran narkoba dikendalikan dari lapas yang sama sekali tertutup rapat oleh tembok kuat. Sebenarnya Alexis Hotel & Spa ini, lebih tepat disebut sebagai “tempat bidadari turun dari khayangan ketika akan mandi...” Biasanya “om Bibib” suka melakukan sweeping pakai “fenthungan” pada tempat-tempat yang banyak bir dan bidadarinya. Entah mengapa Alexis bisa lepas dari “selangkangannya.... “
***
Tepatlah kata orang bijak. Kemenangan sejatinya adalah milik rakyat yang tertawa, lalu kemudian datang esok harinya untuk menagih janji-janji yang diumbar dalam Pilkada. Sungguh berat cobaan yang akan dihadapi Anies. Goodluck bro... Jangan lupa, yang penting OKE-OCE...
Salam hangat
Reinhard Freddy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H