Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

(8 Tahun Kompasiana) Surat Kepada Seorang teman

23 Oktober 2016   19:45 Diperbarui: 23 Oktober 2016   19:57 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Kompasiana

Teman, Aku sebenarnya tidak ingin menulis surat ini kepadamu karena semua kata-kata yang tersedia tidaklah cukup untuk merayu perhatianmu kepadaku.

Akan tetapi aku harus menuliskannya juga, karena untuk itulah pena dan kertas ini dibuat. Tetapi aku tahu...pena, kertas dan kata-kata ini tidak akan dapat mengelabuimu teman...

karena kamu punya keyakinan mana yang layak mana yang tidak...

karena kamu boleh memilih mana yang tayang mana yang tidak...

karena kamu tahu apa yang tersirat terkadang melebihi daripada yang tersurat...

Teman, mungkin kita membutuhkan sedikit waktu lagi agar bisa menjalin sebuah persahabatan. Tapi, aku ingin kamu tahu apa yang aku rasakan dalam masa perkenalan kita yang pendek ini. Tapi sebelumnya aku ingin berterimakasih untuk waktu-waktu kita bersama, dan untuk semua hal baik yang aku terima darimu.

Aku masih ingat perkenalan kita di awal Mei tahun ini. Mungkin terasa biasa bagimu, tapi tidak bagiku! Ketika kamu menayangkan tulisan pertamaku, sebuah cerpen di kanal fiksi kompasiana, sungguh aku merasa tersanjung. Mungkin ketika itu tak ada yang tertarik untuk membacanya. Tapi tidak mengapa, yang penting cerita itu sudah dituliskan...

Mungkin kapan-kapan ada yang tertarik untuk sekedar melihatnya...

***

Teman... Seiring berjalannya waktu, aku mulai belajar mengenal lingkungan baruku. Membaca tulisan sesama teman, dan bersosialisasi. Tapi aku belajar satu hal. Kanal fiksi ternyata tidak begitu banyak dibaca orang dan kelihatannya berada dalam lingkungan yang eksklusif, terutama sub kanal puisi.

“Kelurahan Fiksiana” adalah kelurahan yang nyaman dan damai sentosa penuh dengan kehangatan dan persahabatan. Disini tak ada yang salah! Cerpen dan Puisi selalu dihargai dan dikagumi, walaupun terasa susah untuk masuk menjadi “Pilihan”.

Sebaiknya mimpi untuk memperoleh “Headline” dienyahkan saja menjelang tidur malam!

“Kelurahan Ekonomi dan Humaniora” adalah kelurahan yang paling banyak warganya. Kehidupan disini relatif tenang, hanya sedikit terjadi debat argumentasi yang ahirnya memberi pencerahan bagi sesama warga. Kanal ini terasa penting karena memberi manfaat yang besar bagi seluruh warga.

“Kelurahan Politik” adalah kelurahan yang paling “panas” dan terkadang sedikit “kurang beradab :-)” tetapi ini kelurahan yang paling dicari dan ditunggu para warga.

Kalau penulisnya si “Anu” maka yang membaca mungkin sampai belasan ribu, dengan puluhan komen. Biasanya “Komentar” lebih banyak dari “Nilai”

Momen Yang paling saya tunggu adalah, ketika ada komentar pembaca yang “tidak nyambung” dengan topik yang ditulis oleh si penulis, kemudian si penulis terpancing emosinya, lalu membalas dengan komen yang “tak kurang pula tidak nyambungnya”

Biasanya hal itu akan menimbulkan komentar “Efek bola salju” yang semakin jauh dari topik yang dibahas. Hahahaha.....

***

Enam bulan menulis di kompasiana diberbagai kanal/genre tulisan sungguh pengalaman yang mengasyikkan. Yang paling enak tentu saja menulis di kanal Politik. Bukan saja karena banyak pembacanya, tetapi menulisnya juga tidak terlalu membutuhkan waktu dan pikiran yang banyak. Yang penting topiknya up to date dan judulnya “eye catching”

Kanal Ekonomi dan Humaniora juga mengasyikkan. Tidak ada yang baru disini. Semua berita sudah pernah ditulis oleh para jurnalis yang dikejar “deadline” Tugas kitalah menuliskannya kembali dengan gaya yang berbeda sesuai dengan “hasrat dan style” kita masing-masing. Yang penting topiknya up to date dan judulnya “eye catching”

Dikanal Fiksiana” tak ada yang salah, itulah sebabnya tak ada “dosa!” Cerpen dan Puisi tak lekang oleh terik mentari siang, tak lapuk oleh dinginnya malam. Cerpen dan Puisi delapan tahun yang lalupun tak akan kehilangan pesonanya. Tapi ya itu tadi. Disini sepi pengunjung dan apresiasi.

Ah seandainya penduduk negeriku ini seperti warga “Kelurahan Fiksiana” pastilah semuanya akan bahagia. Karena tak ada yang salah, disitu juga tidak ada pungli, penista agama, PHP, pembacot, kapir maupun koruptor.

Yang marah akan menuliskan sajak pada sebuah tembok. Yang sedih akan menggubah lagu. Yang jatuh cinta akan melantunkan tembang cinta. Yang ceria akan melukiskan nirwana pada sebuah kanvas. Yang “kurang kerjaan” akan menulis naskah drama. Kaum surealis akan pergi memanjat langit...

***

Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat. Berteman dengan mu membuat banyak perbedaan pada gaya hidupku. Tiba-tiba aku jadi “lelaki rumahan” Aku lebih suka merindukanmu daripada keluyuran! Bercengkerama denganmu membuat hidupku lebih ceria penuh warna, dan tentu saja membuatku lebih sehat!

Terimakasih teman untuk semuanya, Salam hangat...

Reinhard Freddy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun