“Seekor monyet terlihat akan menyeberangi sebuah sungai. Sejenak dia ragu. Lalu primata itu melemparkan sepotong kayu kedalam air yang tenang itu. Riak air itu segera membuat buaya-buaya ganas itu memangsa potongan kayu “malang” itu...”
Masa kampanye pilgub DKI belum dimulai, akan tetapi panasnya bara pertempuran sudah mulai terasa. Anies memulai psywar dengan mengeluarkan pernyataan, bahwa sungai di Jakarta menjadi bersih adalah hasil dari rancangan Fauzi Bowo (Foke) bukan Ahok.
Lalu terjadi juga sebuah fenomena unik. Ketika orang lalu menelusuri mesin pencari Google dan mengetik, “Sungai bersih karena Foke” Eh malah Mr.Google mengkoreksi kalimat tersebut dengan sebuah kalimat “pertanyaan dan sekaligus pernyataan” Mungkin maksud Anda adalah: “sungai bersih karena Ahok”
Mungkin tadinya Teman Ahok sedikit mengernyitkan dahi ketika membaca pernyataan Anies tersebut. Akan tetapi ketika mereka menelusuri Google, dan membaca pernyataan Mr.Google tersebut, sontak mereka menertawakan Anies. Dalam sekejab mata, Anies dibully di sosmed!
***
Program yang dimaksud oleh Anies tersebut adalah proyek JEDI, “Jakarta Emergency Dredging Initiative” untuk pengerukan sepuluh sungai besar, satu kanal dan empat waduk. Akan tetapi proyek itu hanya angan-angan saja pada jaman Foke. Barulah pada jaman Jokowi proyek tersebut dilaksanakan, yang lalu kemudian dilanjutkan oleh Ahok.
Akan tetapi proyek JEDI adalah proyek pengerukan, bukan untuk membersihkan sungai! Pembersihan sungai tersebut dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta serta Pekerja Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Pasukan Kuning ini bekerja sendirian membersihkan sungai-sungai tersebut, bahkan tanpa bantuan masyarakat!
Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan sungai yang bersih. Bukankah sudah seharusnya begitu? Di negara-negara beradab, sungai biasanya bahkan menjadi sarana wisata bagi masyarakat. Di negeri ini tidak ada yang perduli kepada sungai. Itulah sebabnya sungai-sungai kita berubah wujud menjadi “tong sampah” raksasa!
***
Pernyataan Anies Baswedan kemarin tentang “sungai bersih” ini, bukanlah pernyataan asal-bunyi seperti “gaya bunyi Roy Suryo” misalnya. Menarik mencermati gaya komunikasi kampanye Anies ini karena memang sudah diperhitungkannya dengan matang.
Anies Baswedan memakai strategi yang berbeda dengan gaya pesaing Ahok lainnya seperti misalnya, Yusril, Rizal Ramli atau Ahmad Dhani yang memakai metode “gegen pressing” ala Klopp di Liverpool. Metode “pressing abis” begini membutuhkan stamina yang kuat dan kerjasama tim. Karena dianggap egois, tim ahirnya meninggalkan mereka. Karena “impoten” merekapun tak berdaya menghadapi “goyang bor dan goyang gergaji” petahana!