Kemampuan taktis para perambah ini sangat mengagumkan, mungkin melebihi para gerilyawan teroris Santoso Poso! Para perambah ini hanya dibekali beras, garam, gula, minyak sayur, kopi dan ikan asin plus tenda plastik untuk membabat hutan selama dua bulan. Curah hujan yang tinggi disertai badai petir dan angin kencang yang menusuk tulang, tidak menyurutkan nyali mereka untuk membabat hutan!
Jangan tanya ular, babi hutan, lintah, pacat, kala jengking atau mahluk berbahaya lainnya. Para perambah itu bukannya takut, malah berbalik memangsa mereka!
Setelah mereka selesai membabat dan membakar, mereka kemudian meninggalkan lahan tersebut begitu saja. Bukan hanya floranya saja yang habis, tetapi fauna yang ada diareal tersebut bisa dipastikan akan gosong juga!
Tiga bulan kemudian, “Pengepul” itu membuat kavling-kavling seluas 2 Ha untuk dijual ke masyarakat dengan dibekali “surat keterangan” dari kepala desa. Pembeli biasanya adalah warga desa yang bukan petani atau warga pinggiran kota yang lalu kemudian menitipkan lahan tersebut untuk ditanam kelapa sawit.
Ketika kavling habis terjual, Pengepul kemudian memulai ekspansi areal hutan baru. Perambah yang sudah kehabisan dana akibat berfoya-foya, kemudian dibekali DP untuk memulai aksi baru ditengah hutan. “Perambah veteran” biasanya bertugas menanam dan memelihara sawit yang ditanam pada areal bekas hutan tersebut. Mereka biasanya akan bertugas memelihara sawit itu sampai berpindah tangan kepada pemilik yang baru.
Butuh kesabaran dan perjuangan untuk merawat tanaman sawit muda itu ditengah hutan! Babi hutan, landak, tikus hutan dan bahkan mungkin gajah adalah hama utama yang dapat membinasakan tanaman sawit muda itu. Ketika tanaman sawit itu mulai berbuah, nilainya kemudian sudah berlipat beberapa kali!
Kalau dulu orang masih mau menanam cengkeh, coklat maupun karet. Akan tetapi kini sawit adalah primadona karena tanaman tersebut tidak terlalu membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengurusnya. Tanaman sawit memang cocok bagi petani pemalas! Panen dua kali sebulan. Pemupukan bisa dua kali setahun! Selain ketika Panen dan dipupuk, tanaman biasanya dibiarkan saja “mengurus dirinya sendiri!”
Itulah sebabnya tanaman sawit menjadi primadona masyarakat. Sebenarnya kini harga cengkeh, coklat dan beberapa komoditi pertanian lainnya sangat menjanjikan melebihi harga sawit. Tetapi ya itu tadi, kemudahan pemeliharaan tanaman sawit menjadi prioritas utama.
Dibeberapa tempat kebanyakan petani melihat sawitnya hanya ketika hendak memanen saja, karena banyak juga kebun sawit masyarakat yang bahkan tidak pernah dipupuk!
Di Perkebunan swasta yang bagus, operational cost tanaman berkisar 25%-30% dari harga penjualan TBS (Tandan Buah Segar) sedangkan pada sebagian sawit masyarakat cost tersebut bisa mencapai 70% yang diakibatkan oleh tingginya biaya panen dan biaya transport sawit tersebut ke pabrik!
Itulah sebabnya Perkebunan sawit besar tidak akan mau menanam sawit pada lahan mereka yang topografinya kurang baik, karena operational costnya akan tinggi. Sementara bagi masyarakat, mereka akan menanam sawit disetiap lahan yang kosong, walaupun itu digunung!