Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Belajar Waras dari Orang Gila...

9 Agustus 2016   19:02 Diperbarui: 10 Agustus 2016   20:43 1981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : web7crawler.wordpress.com

Kalau dipikir-pikir, tindakan Ahok ini memang gila, bukan karena judicial reviewnya, akan tetapi karena cuti kampanyenya. Sudah barang tentu semua partisipan akan memanfaatkan masa kampanye untuk “menjual kecap nomor satu” agar bisa merebut hati masyarakat. Melihat gaya Ahok yang tidak mau kampanye, berarti Ahok sudah yakin benar bahwa masyarakat DKI akan tetap memilih dia menjadi gubernur, walaupun dia tidak berkampanye.

Tindakan gila Ahok ini benar-benar “menggilakan” hati penantang yang waras itu! Sudah barang tentu nanti ketika mereka berkampanye, sebagian dari para penonton akan tertawa melihat “kampanye monolog” itu. Lazimnya Adu debat para cagub di televisi, para penantang petahana akan berdebat dengan angin. Petahana tidak bisa membela dirinya karena tidak ikut berkampanye. Bukankah ini nanti akan menjadi sebuah tontonan yang menggilakan?

Kalau sudah begini, para penantang ini akan kelihatan “seperti orang gila” yang bertinju “shadow boxing” Hal ini tidak boleh dibiarkan. Orang waras tidak boleh kelihatan seperti orang gila. Kalau Orang gila itu tidak mau diajak waras, biarkan saja dia gila sendirian. Jadi Ahok harus ikut kampanye, agar segala sesuatunya kelihatan waras.

Akan tetapi saya penasaran ingin mencoba memahami kegilaan Ahok ini untuk tidak mengikuti kampanye. Saya akhirnya membuat beberapa kesimpulan yang kurang waras.

Pertama, Ahok Itu Pelit dan Kurang Modal

Kampanye membutuhkan biaya yang sangat besar. Di beberapa acara di televisi swasta, penontonnya harus dibayari dan diberi nasi bungkus, agar acara tersebut kelihatan ada penontonnya. Demikian pula dengan kampanye. Uang kantong, kaos, nasi bungkus plus transportasi, artis dangdut dan lain-lainnya membutuhkan biaya yang sangat besar.

Kali ini, Ahok tidak mendapat dukungan dana kampanye dari parpol seperti pilkada sebelumnya. Jadi dia harus mengeluarkan biaya dari kantong sendiri. Jadi kalau tidak kampanye, ya tidak keluar duit. Ini adalah “ide yang sangat waras!”

Kedua, Ahok itu Jagoan Strategi

Sebagai seorang petahana Ahok tentu mempunyai keuntungan tersendiri yang tidak dimiliki pesaingnya. Hasil kerjanya cukup memuaskan warga, membuat dia tidak memerlukan kampanye

Setiap pagi ketika dia akan memulai pekerjaanya, dia sudah berkampanye. Kampanye Ahok bahkan terus diliput dan dibroadcast oleh pembencinya, terutama ketika dia berkata keras, atau ada sesuatu dari katanya yang bisa untuk diplintir. Nama Ahok bahkan semakin populer ketika dia “berantem” dengan FPI dan Haji Lulung.

Ketiga, Ahok itu Genit dan Caper

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun