Dulu ketika peristiwa Madiun banyak ulama yang terbunuh. Setelah G30S, dipastikan pelakunya adalah PKI! Dalam pemilu sebelumnya perolehan suara PKI adalah 30% sedangkan PSI dan Masyumi kurang dari 20% Ahirnya “Operasi pemenggalan kepala PKI” diserahkan kepada masyarakat yang “sedang murka” itu.
***
Ketika terjadi pro dan kontra dimasyarakat, kini kita paham, eksekutor genosida tersebut adalah masyarakat sendiri. Masyarakat yang “tidak makan sekolahan“ itu “dibakar amarahnya” untuk menghabisi saudaranya sendiri. Dulu Bengawan Solo memerah airnya dipenuhi mayat-mayat tanpa kepala yang tersangkut dipinggir sungai akibat begitu banyak mayat yang bergelatakan disungai tersebut.
Ketika “kuburan Massal” akan dibuka kembali untuk keperluan otopsi, jelas tidak akan berguna karena korban tersebut bukan ditembak dengan peluru. Harga Peluru terlalu mahal buat “seorang komunis” dan selain itu, ketika sejarah dibuka kelak, “The Smiling General” bisa “cuci tangan” komunis itu dibunuh dengan samurai oleh “rakyat yang marah!”
Ahir kata, semuanya terpulang kepada kita. Bisakah kita berdamai dengan hati dan masa lalu kita yang kelam? Sejarah memang harus diluruskan bukan untuk kepentingan “murahan” orang/kelompok tertentu, melainkan untuk generasi mendatang. Siapa yang menabur angin pasti akan menuai badai. Kalau tidak dikehidupan ini, pastilah dikehidupan yang akan datang!
Reinhard Freddy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H