Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Misteri 30 S 1965

26 Juli 2016   20:55 Diperbarui: 26 Juli 2016   21:18 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, untuk meyakinkan masyarakat dan TNI bahwa kini tidak ada yang bisa dipercaya lagi, termasuk presiden dan pasukan pengawalnya, apalagi semua petinggi TNI-AD telah wafat plus seorang lagi yang masih berkabung dan “kurang sehat” sehingga sesuai dengan “protap” Pangkostrad yang kini bertanggung jawab dalam pemulihan keamanan di Indonesia.

Itulah sebabnya seperti yang sering dikatakan oleh Kivlan Zein, setelah peristiwa G30S Soekarno itu dimana-mana dibenci masyarakat. 50 tahun yang lalu itu masih banyak penduduk Indonesia yang buta huruf, sehingga sangat gampang “termakan” hasutan. Untunglah para “penulis upahan” untuk keperluan konsumsi kampanye cagub/capres yang sekarang ini, tidak “berkarya” pada masa lalu. Kalau tidak, setiap hari akan terjadi kudeta dan revolusi di republik ini akibat “halusinasi” mereka itu.  

Kalau unsur Tjakrabirawa untuk konsumsi sipil, maka batalion 454 “Banteng Raiders” sangat diperlukan untuk “bumbu penyedap” untuk konsumsi militer. Bukan rahasia umum, banyak perwira Raiders adalah eks Gerakan Madiun 1948 termasuk Untung yang bergabung dengan batalion Sudigdo, satu-satunya batalion PKI yang markasnya di Wonogiri. Kemudian Untung bergabung dengan Korem Surakarta yang dipimpin oleh Soeharto.

Soeharto berteman dekat dengan Untung. Bahkan ketika Soeharto menjadi Pangkostrad, dia lah yang merekomendasikan Untung menjadi Komandan Batalyon I Tjakrabirawa. Ketika operasi Mandala di Irian dulu, mereka berdua juga bekerjasama. Bahkan ketika Untung melangsungkan pernikahannya di pelosok Kebumen, Soeharto yang ketika itu sudah menjabat Pangkostrad datang bersama isterinya, padahal tak satupun anggota Tjakrabirawa yang datang menghadiri pesta tersebut.

Isu kudeta oleh Dewan Jenderal lah yang membuat Untung cs menangkap para jenderal yang dianggap akan berhianat tersebut, untuk dihadapkan kepada presiden Soekarno. Menurut pengakuan Serma Boengkoes, anggota Resimen Tjakrabirawa yang dihukum selama 33 tahun di LP Cipinang itu, Tjakrabirawa bukanlah pasukan pengeksekusi para jenderal itu. Tugas Resimen Tjakrabirawa adalah membawa para jenderal tersebut, hidup atau mati, sesuai dengann briefing di Halim perdana kusuma pada pukul 15.00 wib 30 september 1965.

Sehari setelah aksi G30S, Untung masih bermimpi bahwa ia akan disebut pahlawan lagi.  Sebelumnya ia adalah pahlawan dalam menumpas pemberontakan PRRI/Permesta. Bersama Benny Moerdani, ia mendapat penghargaan Bintang Sakti dari presiden Soekarno dalam operasi pembebasan Irian Barat. Ketika ia mendapat “perintah” bertahan di Lubang buaya, ia pun lalu menangis. Ia sadar, ia bukan lagi seorang pahlawan, tetapi seorang penghianat pecundang!

Ketiga, “Bersih-bersih” dan dimulainya Genosida

Diluar Tiongkok dan Soviet, PKI merupakan partai komunis terbesar didunia dengan jumlah anggota sekitar 3,5 juta. PKI juga mempunyai anggota simpatisan, yakni 3 juta dari pergerakan pemuda, 3,5 juta dari serikat buruh, 9 juta petani dari Barisan Tani Indonesia, belum termasuk anggota/simpatisan dari Gerakan Wanita (Gerwani) dan sastrawan/seniman seperti Lekra (Sumber, Wikipedia) Dengan kekuatan itu, sebenarnya tinggal menunggu waktu saja bagi PKI untuk menguasai parlemen melalui pemilu.

Hal tersebut jelas sangat menghawatirkan kaum Nasionalis, partai-partai Islam, TNI-AD dan tentu saja Amerika Serikat yang khawatir dengan poros Soviet-Peking. Segala upaya dilakukan oleh pihak-pihak ini untuk mementahkan kekuatan PKI ini. Dan tentu saja ada “pihak-pihak tertentu” yang berusaha untuk “memancing di air keruh”

Bermodalkan G30S dan “Supersemar” pembersihan pun segera dimulai. TNI-AD segera dibersihkan dari oknum-oknum yang “tidak sepaham” sedangkan untuk diluar TNI-AD di “Mahmil”kan. “Kasus Untung” merupakan peringatan bagi semua militer bahwa demi tujuan yang “baik” seorang ayah pun mampu tega “mengenyahkan” seorang anaknya!

PKI kemudian menjadi ormas terlarang karena dituduh berada dibelakang aksi G30S. Kaum Tionghoa kemudian juga menjadi “patut dicurigai” karena faktor dukungan moril Peking terhadap organisasi PKI!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun