Kelihatannya yang terbaik adalah memakai loko Diesel/gas dengan atau tanpa generator karena kereta bisa langsung “tune” beroperasi. Tentulah ketika “proses instalasi” kereta tidak bisa beroperasi antara satu stasiun ke stasiun berikutnya. Untuk itu diperlukan bus pendukung agar aktivitas penumpang sehari-hari tidak terganggu.
Kalau sekiranya kereta memakai lokomotif Diesel/gas, maka peron bisa dua atau tiga lantai. Lantai pertama dan kedua untuk akses keluar masuk penumpang ke gerbong kereta. Lantai ketiga merupakan servis area dan area publik yang menghubungkan antara kedua peron dikiri kanan kereta.
Problem utama pada stasiun/peron KRL adalah sempitnya ruang tunggu untuk publik. Pada jam-jam sibuk, atau ketika terjadi keterlambatan keberangkatan kereta, maka akan terjadi penumpukan penumpang distasiun. Hal ini tentu saja akan mengurangi kenyamanan penumpang. Dengan beroperasinya peron bertingkat ini, pada lantai ketiga akan didapat “space” seluas sekurang-kurangnya 1.500 M2!
Diluar negeri pemakaian KRL Double Decker sudah banyak dipergunakan mengingat keterbatasan luas peron. Selain itu, menambah gerbong penumpang juga bukan alternatif yang baik karena menyangkut kepentingan publik, terutama kepentingan pengguna jalan raya. Semoga KRL Double Decker ini dapat segera diaplikasikan di negara kita.
Reinhard Freddy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H