Tak lama setelah kudeta gagal ini, Erdogan kemudian memberlakukan keadaan darurat di seluruh Turki, dan kemudian disusul dengan pemecatan 15.200 orang pegawai departemen pendidikan, 9.000 orang petugas polisi, departemen kehakiman dan pegawai negeri lainnya. 7.500 orang militer dan orang-orang yang dituduh terlibat kudeta kemudian ditahan karena dianggap terlibat dengan Organisasi Teroris Fethullah (FETO) pimpinan Fethullah Gulen.
Pada awalnya mungkin rakyat Turki masih berpihak kepada Erdogan. Akan tetapi melihat sikap berlebihan Erdogan ini, kemungkinan besar akan terjadi sesuatu setelah keadaan darurat dicabut. Kini Erdogan berpacu dengan waktu untuk mengelemininasi semua rintangan-rintangan yang akan mengganggunya. Rintangan terbesar tetaplah datang dari dalam negeri.
USA mempunyai kepentingan besar melalui pangkalan militernya di Turki. Rakyat Turki yang sekuler itu tidak mempunyai masalah dengan USA, Eropa atau siapapun. Itulah sebabnya semua negara sangat berhati-hati dalam menyikapi perkembangan yang terjadi di Turki. Apalagi Turki yang sekuler itu tidak gampang diobok-obok seperti eks Yugoslavia atau Asia Barat, dan politik luar negeri Turki cenderung ramah terhadap negara-negara lain. Bisa dipastikan kekuatan asing tidak akan mengintervensi Turki kalau tidak terjadi sesuatu yang berlebihan
Sikap netral dari negara-negara lain, terutama USA dan Rusia, dan masyarakat internasional ini cenderung menguntungkan Erdogan. Kini semuanya terpulang kepada Erdogan, apa yang akan dilakukannya. Erdogan dapat melihat kepada Indonesia, Mesir, Rumania dan banyak contoh pemimpin yang “lupa untuk berdiri”
Terlepas dari apapun Erdogan telah berhasil membawa Turki lebih maju dari keadaan sebelumnya. Kalau dia mampu bersikap bijak, maka rakyat Turki akan selalu berdiri dibelakang untuk mendukungnya.
Reinhard Freddy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H