“Ada dua hal yang kusesali dalam hidup ini. Mencintai orang yang mengabaikanku... dan mengabaikan orang yang mencintaiku!”
Namaku Saraswaty, seorang janda dengan satu anak berumur enam tahun. Suamiku meninggalkanku begitu saja, pergi dengan wanita lain. Aku penyandang tuna-netra. Yah, aku orang buta. Aku tidak mengenal orangtuaku, karena aku adalah anak haram dari hasil hubungan gelap! Saat baru lahir, aku ditinggalkan begitu saja oleh ibuku di sebuah panti asuhan yang kemudian merawatku. Ketika aku berumur tujuh tahun, penglihatanku semakin gelap, dan ahirnya gelap sama sekali!
Kemudian aku berpindah tempat ke sebuah panti asuhan tuna-netra. Kehidupan di panti asuhan tuna-netra sangat menyenangkan dan membahagiakan. Kami bermain, bernyanyi dan tetap belajar seperti anak-anak yang lain. Kami menulis dan membaca dengan huruf “Braille”
Kata pak Theo, kami adalah anak-anak yang berbahagia, karena kami dapat membaca kapanpun kami mau, walaupun sambil menutup mata!
***
Aku pertamakali jatuh-cinta kepada Lukas ketika kelas tiga SMA. Lukas adalah temanku satu asrama. Ia anak yang baik, sopan dan sayang kepadaku. Aku sering meraba wajahnya. Memegang hidungnya yang mancung dan mengelus rambutnya, untuk membayangkan wajahnya yang mungkin ganteng.
Setiap hari sabtu, sama seperti anak-anak yang lain, keluarga Lukas datang berkunjung. Ibunya sangat baik, dan sering memberi makanan kepadaku. Selama di asrama tidak pernah ada yang mengunjungiku, karena aku tidak mempunyai keluarga!
Ketika lulus SMA, Lukas pergi ke Jakarta untuk sekolah theologia, sedangkan aku bekerja di satu LSM sosial sambil les organ dan latihan vocal pada mas Tony, pemain musik di gereja dan pekerja di LSM itu. Mas Tony tinggal dilantai tiga kantor LSM tersebut.
Tanpa terasa sudah dua tahun berlalu, dan sekarang aku jatuh cinta dan sayang kepada mas Tony, dan tidak tertarik lagi pada surat-surat Lukas. Aku dan mas Tony kemudian berpacaran. Suatu kali mas Tony mendesakku untuk operasi mata, karena ada program operasi mata secara gratis dari donatur. Aku sedikit ragu. Aku lebih suka dengan keadaanku sekarang, karena aku melihat segala sesuatunya dengan “hati dan pikiranku”