Ketika wasit meniup pluit untuk mengahiri pertandingan antara Inggris dan Islandia, saya pun segera menuju kamar, dan bisa tidur nyenyak. Padahal tadinya saya sudah stres takut tidak bisa tidur karena gemes menonton pertandingan yang membosankan tersebut. Islandia layak memenangi pertandingan tersebut, dan sayapun bersyukur karena Inggris yang bermain sangat jelek ahirnya bisa cepat-cepat diusir dari Paris!
Siapa yang bertanggung jawab atas “musibah” tersebut? Yang pasti adalah Hodgson! Pemain tidak layak disalahkan, karena mereka hanya “kampret” yang disuruh menendang bola, dan mereka telah melaksanakan tugasnya dengan sangat baik, yaitu membuat gemes para fans! Karena mereka memang cuma “Kampret!” Mereka telah melakoni empat pertandingan, tanpa pernah sekalipun saya menaruh respek terhadap mereka, bukan karena hasil pertandingan, tetapi lebih karena cara mereka bermain sepakbola!
Tidak ada seorangpun pesepakbola yang selalu mampu bermain baik disetiap penampilannya, termasuk Messi, Ronaldo maupun Maradona. Akan tetapi jika ada pemain yang selalu melakukan kebodohan yang sama dan berulang-ulang disetiap penampilannya, maka pantaslah kita bertanya, “Apa yang salah pada kepala anak itu?” Dan ketika kita melihat pelatihnya menggaruk lutut kakinya, kita bertanya, “Kenapa pelatih itu selalu menepuk-nepuk otaknya?”
Tugas seorang manager adalah mencari solusi dan pendekatan pragmatis untuk setiap masalah yang dihadapi. Dalam satu turnamen, tugas manager itu dibatasi oleh waktu, kebugaran pemain dan jumlah pemain yang tersedia. Itulah sebabnya dia harus jeli mencari pemain tepat, yaitu pemain-pemain yang cepat beradaptasi, mampu membaca permainan dan bisa bermain dibeberapa posisi, untuk mengantisipasi keunggulan atau mengejar ketertinggalan.
Ada satu hal yang buruk pada tim Inggris kali ini. Mereka tidak punya seorang pemimpin dilapangan. Kapten Rooney hanya seorang pimpinan tim, dan dia bermain sangat buruk disepanjang babak II, sehingga menambah kehancuran timnya. Rooney terlalu sering salah umpan, sehingga bola itu mampu dikonversi lawan dengan cepat menjadi ancaman. Selain itu lini tengah Inggris yang diawaki Rooney tidak mampu menjadi peredam serangan sebelum mencapai lini belakang.
Selain tidak punya pemimpin yang bisa mengatur barisan, Inggris juga tidak punya seorang playmaker! Ketika Gerrard pensiun dari timnas dan Liverpool, saya bersyukur karena permainan Liverpool dan timnas akan menjadi permainan kolektif tanpa tergantung kepada seorang Jenderal. Akan tetapi yang terjadi kini sangat memilukan. Setiap pemain “berlagak” seperti Ronaldo yang bermain seenaknya tanpa memikirkan keseimbangan permainan tim. Mereka bermain “seenak udel dan sombong” seperti “orang-orang di senayan sana!”
Dari semula saya tidak setuju penempatan Rooney pada posisi gelandang kiri dalam format 4-3-3. Sebulan yang lalu Rooney nyaris tidak diajak, karena kalah bersaing dengan para striker Inggris. Ia lalu ditaruh dalam cadangan. Rooney sadar akan kondisinya yang tidak fit, lalu ia mengatakan bersedia ditaruh dalam posisi gelandang bertahan. Hodgson merasa iba kepada Rooney, karena ini mungkin musim terahirnya. Hodgson lalu membuang Drinkwater dan Lindgard.
Idiot dan jenius itu bedanya setipis rambut. Hodgson sebagai manager memiliki hak veto untuk memilih timnya sendiri. Ketika pilihannya itu berhasil, maka ia disebut jenius. Jika pilihannya salah maka ia disebut “Kampret” dan saya akan memanggilnya mulai sekarang “Sir Bat!”
Akan tetapi pasti banyak orang memaki saya karena sepertinya saya mencemooh Rooney, Sterling, Kane dan Lallana. Kalau sekiranya mereka mencetak gol, maka pasti saya akan mengelu-elukan mereka. Sama sekali tidak! Sekiranya Sterling menjadi top skorer piala Eropa dengan gaya bermain begitu, setiap kali dia disorot tv pasti saya akan langsung memejamkan mata!
Saya jelas penyuka Rooney, tapi dia memang tidak siap! Sekiranya turnamen ini tiga bulan lagi, saya yakin Rooney akan mencetak tiga gol jika dipasang sebagai pemain no.10! Dulu saya pengagum Sterling ketika ia bermain di tim junior Liverpool. Sepertinya dia akan seperti John Barnes, walaupun tidak sepowerful Barnes. Akan tetapi dia masih 16 tahun dan pasti akan berkembang. Akan tetapi ketika tahun lalu Sterling dijual ke City, saya sangat bersyukur karena Sterling memang cuma seorang “kampret!”
Bagaimana dengan Harry Kane? Apa yang salah dengan jenggot anak itu? Ketika dulu saya mencemoh permainannya dalam pertandingan melawan Rusia dan Wales, banyak yang kurang suka pada saya. Akan tetapi ketika melihat dia melakukan kebodohan yang sama berkali-kali dalam mengambil tendangan bebas, barulah orang paham, ada yang salah dengan kepala anak itu!
Kembali ke pertandingan, susunan pemain adalah hak veto Hodgson, dan dia kembali lagi memaksakan susunan “The stupid team!” Seperti yang saya katakan tadi, Idiot dan jenius itu bedanya setipis rambut. Ketika timnya meraih kemenangan, dia akan menjadi jenius yang menertawakan orang-orang bodoh seperti saya. Akan tetapi dia tidak bisa membohongi fakta, pemain pilihannya itu memang cuma kumpulan “Kampret!”
Entah kenapa Hodgson membawa Ross Barkly dan John Stones tanpa memainkan mereka. Kalau tidak dimainkan, kenapa dibawa? Di posisi tengah, jelas Barkly lebih baik dibandingkan dengan Rooney, Sterling, Wilshere. Barkly setara denga Alli, bahkan lebih dalam pengalaman.
Saya kurang mengerti dengan formasi 4-3-3 Hodgson, karena ia jarang memainkan formasi itu. Ia lebih sering bermain dengan 4-4-2 atau 4-2-3-1.
Hodgson memang membawa 5 striker (Vardy, Kane, Sturridge, Rashford dan Rooney) belum termasuk Sterling dan Lallana yang bermain sebagai penyerang sayap! Alli dan Barkly juga adalah gelandang serang yang produktif mencetak gol. Sterling, Lallana, Alli dan Barkly juga bisa bermain sebagai pemain bernomer 10. Hal ini setidaknya dipengaruhi oleh status Inggris sebagai tim sempurna dengan kemenangan 100% di penyisihan grup!
Inilah untuk pertama kalinya pelatih Inggris bahkan sampai bingung, siapa pemain yang akan ditinggalkan. Padahal biasanya pelatih pusing mencari pemain yang akan diajak, karena minim stok pemain bagus. Hodgson memang terlalu yakin akan timnya, sehingga kurang mencermati sisi keseimbangan dalam posisi gelandang bertahan. Itulah sebabnya Inggris rawan ditembus lawan, karena dalam semua pertandingan, penyerang lawan bisa langsung berhadapan dengan duet ceterback atau kiper!
Ketika melawan Rusia, sisi ini sudah sangat jelas terlihat apalagi dengan cara gol balasan Rusia. Ketika melawan Wales dan Slovakia, sama sekali tidak ada perbaikan. Islandia yang bermain cepat ahirnya menghukum Inggris melalui celah ini! Diposisi gelandang bertahan ada kapten Liverpool Jordan Henderson, Milner, Dier dan Wilshere. Kelihatannya Hodgson selalu mengistimewakan Dier dan Wilshere.
Kalau memang Hodgson ngotot memakai pola 4-3-3 , mungkin salah satu pilihan yang baik adalah dengan memasang Henderson, Milner dan Dier/Barkly ditengah. Lalu Rooney/Vardy, Dele Alli dan Lallana/Sturridge di depan. Kelemahan Inggris memang ada di posisi tengah!
Reinhard Freddy
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI