Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyimak Strategi PDIP dalam Pilgub DKI 2017

27 Juni 2016   18:10 Diperbarui: 27 Juni 2016   18:25 1727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persoalan PDIP dengan Ahok mencuat ketika Ahok beberapa waktu yang lalu mendesak pimpinan PDIP agar segera memberikan kepastian dukungan kepada Jarot untuk duduk sebagai wakil gubernur DKI 2017 mendatang. Dukungan kepada Jarot tersebut, otomatis akan menjadi dukungan kepada Ahok pula untuk menduduki kursi Gubernur DKI untuk periode kedua.

Desakan dari Ahok tersebut, sontak membuat “Kanjeng Mami” sewot, sedangkan “Para punggawanya” kebakaran jenggot! Karena menganggap Ahok lancang dan kurang sopan!

Hal itu juga membuat dunia perpolitikan tanah air menjadi heboh. Apa maksut manuver Ahok ini? Bukankah Pilgub masih tahun depan? Apakah memang Ahok ini “tidak tahu tatakrama?”

Ahok bukannya tidak tahu tatakrama. Hal itu bahkan disengajanya, karena ia tahu PDIP pasti akan mengamuk seperti “banteng ketaton” dan para saingannya akan memakai moment ini untuk menghujat dan memperolokkannya. Akan tetapi disisi lain, Ahok ingin mengukur seberapa besar kekuatan Teman Ahok yang sebenarnya, dan juga seberapa besar “Rasa iba” yang akan diberikan masyarakat kepadanya yang kini “dizolimi oleh PDIP dan para saingan politiknya itu!”

Strategi Ahok ternyata manjur dan berjalan mulus! Teman Ahok bergerak cepat mencari dukungan KTP warga! Tak dinyana, dukungan KTP dari warga membludak di posko-posko Teman Ahok yang berada di Mall-mall. Sementara itu, seperti “kerbau yang benar-benar tercucuk hidungnya” DPD PDIP lalu membuka posko pendaftaran cagub DKI 2017 yang terbuka kepada umum, yang kemudian diikuti oleh 32 peserta, termasuk oleh Yusril, ketua Partai Bulan Bintang.  

Lalu timbul masalah baru! Blanko lama hanya untuk gubernur saja, tidak ada wakil gubernur! Jadi blanko harus ditulis ulang kembali! Akan tetapi Teman Ahok dan masyarakat tidak berputus asa. Mereka menulis ulang kembali.

Walaupun pintu pendaftaran sudah ditutup DPD, menurut wakil ketua DPD PDIP, pintu DPP masih terbuka untuk cagub, mengikuti dinamika yang berkembang di masyarakat. Jadi bagaimana nasib Yusril dan ke 32 peserta yang telah mendaftar pada DPD PDIP itu?

Masih ingat konvensi pilpres Demokrat dulu? Sepertinya PDIP akan mengikuti jejak Demokrat memberi “PHP” kepada orang-orang yang berharap kepada mereka!

Walaupun sudah banyak yang mendaftar, PDIP merasa belum puas juga. Walikota Bandung sempat dibujuk untuk “nyagub” Tetapi setelah “dinasehati” oleh presiden Jokowi, Ridwan Kamil ahirnya urung nyagub! Walikota Surabaya, Risma dan Gubernur Jateng, Ganjar digadang-gadang juga untuk nyagub.

Pembukaan pendaftaran cagub oleh DPD PDIP serta isu Ridwan Kamil, Risma dan Ganjar, menyiratkan kesan “seperti sebagaimana biasanya” PDIP “tidak siap, belum punya cagub, grogi, emosian, gampang ditebak dan kekanank-kanakan!” Ahok mampu “memanfaatkan” PDIP sebagai momentum untuk “Analisa SWOT” (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats)

Ketika dukungan KTP mampu menembus sejuta orang, hal itu lebih besar disebabkan oleh “rasa iba” warga kepada Ahok, akibat tekanan dari PDIP dan para pesaingnya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun