Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok dari Kacamata PNTA/PNLA

22 Juni 2016   17:52 Diperbarui: 22 Juni 2016   18:08 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : petualanganrahasia.blogspot.com

Ahok ini memang “gak ada matinye” apalagi kalau dari kaca mata Ahok sendiri. Kalau Ahok disuruh ngomong tentang dirinya, pasti gak bakalan ada habisnya. Kalau Lawan Ahok disuruh ngomong tentang Ahok, pasti gak bakalan ada habisnya juga. Jadi lebih enak cerita soal Ahok dari kaca mata orang independen yang bukan Teman Ahok, dan bukan juga Lawan Ahok. Orang independen bisa suka, tapi sekonyong-konyong bisa bete juga sama Ahok!

Isu soal Ahok kembali menghangat ketika Teman Ahok berhasil menembus angka keramat satu  juta pengumpulan KTP pendukung Ahok. Ini mempunyai makna psikologis yang teramat dalam bagi para pesaing dan Lawan Ahok. Pesaing bermental dan bermodal tempe, jelas lebih memilih makan tempe goreng daripada melanjutkan pertarungan menuju DKI 1!

Akan tetapi menurut lawan Ahok, Ahok tiba-tiba “mencla-mencle” ketika Golkar turut juga mendukung Ahok menuju DKI 1. Ketika Golkar bersekutu dengan Hanura dan Nasdem yang telah terlebih dahulu mendukung Ahok, maka otomatis Ahok sudah memenuhi persyaratan untuk bertarung di Pilgub mendatang lewat jalur parpol. Ahok juga khawatir mengenai verifikasi KTP warga mengingat sempitnya waktu yang tersedia.

Menurut Teman Ahok, sekiranya Ahok bertarung lewat jalur Parpol, sebenarnya tidak masalah, asalkan parpol pengusung langsung tanda tangan kontrak untuk mengusung Ahok, bukan hanya mendukung! Jalur Independen menurut Teman Ahok adalah sebagai cadangan sekiranya tidak ada parpol yang mendukung Ahok! Tapi menurut Lawan Ahok pengumpulan sejuta KTP itu menjadi sia-sia belaka, dan terkesan Ahok hendak menghianati pendukungnya sendiri.

Menurut saya, yang diamini Publik Non Teman Ahok yang sekaligus juga Publik Non Lawan Ahok, disingkat PNTA/PNLA saja, sikap parpol itu, tidak berdiri sendiri! Parpol itu adalah “Teman yang meminjamkan payung di hari cerah, dan segera menariknya kembali ketika hujan datang!” Dukungan datang dari ketiga parpol tersebut kepada Ahok, karena mereka sudah bisa memprediksi, bahwa tanpa bantuan merekapun, Ahok pasti bisa maju, baik lewat jalur independen, maupun “dadakan lewat jalur belakang”

Ahok itu adalah seorang politisi. Dia juga dulu bekas “joki payung” di Senayan. Menurut saya, yang lagi-lagi diamini PNTA/PNLA , Ahok itu memang mau “ngirit ongkos politik” doang! Sekaligus mau “menjajaki pasar secara gratis” eh bukan gratis, tapi sekalian cari untung lewat jualan merchandise yang harganya dinaikin! Kini Lawan Ahok “keki bingits” melihat pencapaian Teman Ahok. Kini mereka hampir kehabisan ide untuk menjegal Ahok! Apalagi kasus Reklamasi Teluk Jakarta dan Sumber Waras kini sudah benar-benar “waras!”

Tidak seperti biasanya yang selalu nyaring kencang, sejak Romadhon ini, suara Pak Yusril, Ahmad Dhani, Adhiyaksa Dault dan yang lainnya seperti menghilang ditelan gerimis atau hujan. Atau mungkin suara mereka tertelan kehebohan kenaikan harga daging sapi, bawang merah, gula atau sembako? Entah kenapa Teman Ahok maupun Lawan Ahok kurang tertarik mengupas fenomena musiman menjelang Ramadan ini!

Pada awalnya banyak yang menyepelekan Ahok menempuh jalur independen, termasuk seorang yang bersumpah akan melompat dari atas Monas sekiranya ada sejuta KTP yang mendukung Ahok. Syukurlah pihak yang berwajib sudah memastikan bahwa Monas itu bukan “perosotan” jadi mereka tidak akan pernah membiarkan seorangpun untuk melompat atau digantung diatas Monas. 

Tapi jangan lupa, Ahok itu memang orang independen!

Sama seperti Fahri Hamzah, Ahok adalah orang independen tanpa partai! Semula Ahok diusung Gerindra, tapi kemudian Ahok mengundurkan diri. kini Ahok memang Gubernur non partai, jadi memang tidak salah juga kalo dia maju lagi melalui jalur independen! Fahri Hamzah, setelah dipecat PKS karena dianggap “banyak bacot” otomatis tidak menjadi warga PKS lagi. kini Fahri adalah orang independen!

Yang membedakan Fahri dari Ahok adalah, jabatan Gubernur, Walikota/Bupati itu memang dimungkinkan oleh undang-undang, diisi orang independen! Sedangkan wakil ketua DPR menurut undang-undang memang harus orang partai, tidak bisa independen! Jadi Fahri Hamzah adalah satu-satunya di dunia ini wakil ketua DPR dari partai independen :) Sangat menarik menunggu Teman Fahri Hamzah atau Lawan Fahri Hamzah membahas isu ini!

Mari kita telusuri lebih jauh fenomena pilgub DKI 2017 ini. Proses pemilihannya jelas dua tahap. Tahap pertama adalah pemilihan calon, baik lewat parpol maupun lewat Independen. Tahap pertama inilah yang bikin “gegana” (gelisah galau merana) terutama bagi Yusril yang merasa peluangnya paling besar untuk bisa menyaingi Ahok.

Pada awalnya orang menganggap Yusril akan bisa mempecundangi Ahok, apalagi dia adalah mantan menteri, dan juga pengacara kondang. Gebrakannya “melancong” ke pasar, makan di warteg dan “berceramah” di Luar Batang dan Pondok Cina, plus dukungan Public Relation di sosmed, membuat jantungan para Teman Ahok. Akan tetapi fakta dialam nyata berbicara lain. Di DKI Yusril bukan siapa-siapa! Walaupun Yusril itu profesor Hukum dan mantan menteri, dibidang politik, dia bukanlah siapa-siapa, bahkan untuk kalangan “DPD” Parpol!

Manuver Yusril terlalu “kacangan” dan mudah ditebak. Dia seperti “Hodgson, yang meramu timnas Inggris kemarin” Yusril pagi-pagi sudah bermain diranah hukum. Itu jelas terbalik! Seharusnya dia bermain di ranah politik dulu ala “pantun Belitung” tanpa harus berpolemik dengan siapa-siapa! Sesudah punya “kontrak pasti” lewat dukungan parpol, baru langsung menggebrak curi start lewat isu-isu ranah hukum! Isu-isu ini pasti menarik perhatian warga, apalagi Yusril memang jagoannya dibidang ini!

Kini beredar rumor. Yusril kurang disukai parpol karena dia terlalu ambisius dan tidak mewakili kepentingan parpol pengusung. Akan tetapi sejujurnya, itu cuma “Ngemeng-ngemeng kosong doang!” Bukankah semua Gubernur, Walikota, Bupati dan anggota Dewan terhormat yang masuk bui itu adalah petugas dan pengurus partai yang mewakili kepentingan partainya untuk menjarah uang rakyat? Semua anggota dewan yang masuk bui gara-gara menjadi maling, adalah orang partai politik!   

Semua parpol itu sebenarnya berharap Ahok akan maju lewat jalur independen. Dengan demikian, tidak perlu lagi “malu-malu” untuk menjual tiga slot Cagub yang tersedia. Kalau tidak  mubazir dong slot itu dibiarkan menganggur! Satu slot sudah dipastikan tidak akan dijual Gerindra, karena mereka akan memakai sendiri slot itu, demi penuntasan dendam kesumat kepada si “anak durhaka!”

Lah bagaimana dengan PDIP. bukankah mereka punya slot otomatis sendiri? Melihat dinamika yang berkembang di masyarakat dan kalkulasi untung rugi poros “Jawa tengah-Surabaya” maka kelihatannya DPD akan “menjual separuh” kursi. Separuhnya lagi akan diisi oleh kader partai terbaik. Apakah kader partai tersebut akan menjadi orang nomor satu atau nomor dua, akan disesuaikan dengan dinamika yang berkembang di masyarakat.

Berarti Yusril gak usah cemberut dulu dong! Lah memang iya! Yusril lah yang paling dilirik oleh semua parpol, karena mereka tahu, Yusril adalah orang yang “paling napsu!” menjadi Cagub. Mereka itu memang sengaja “memalingkan muka” dari Yusril, tetapi sambil “menyingkap paha!” agar maharnya mahal! Ah sayang sih, bang Yusril salah strategi, jadinya semua ongkos menjadi lebih mahal.

Reinhard Freddy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun