Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Presiden-presiden RI di Mata Seorang Rakyatnya (Era Reformasi)

31 Mei 2016   20:32 Diperbarui: 31 Mei 2016   21:00 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sengaja menyatukan tiga orang presiden sesudah Soeharto yaitu Habibie, Gus Dur dan Ibu Megawati, semata karena satu alasan. Mereka “Ketiban rezeki nomplok” untuk menjadi Presiden. Habibie menjadi presiden gara-gara Soeharto lengser keprabon. Gus Dur menjadi presiden gara-gara diporos-tengahkan Amin Rais dan kawan-kawan. Ibu Mega menjadi presiden gara-gara Gus Dur dilengserkan poros-tengah!

Entah gara-gara dadakan, kinerja mereka juga seperti “tidak nendang!” Tidak ada hal yang istimewa dalam prestasi kerja mereka. Walaupun begitu, ketiga tokoh ini meninggalkan kesan tertentu lewat kepribadian mereka. Habibie tetap presiden paling reformis, setidaknya pada penampilan dan gaya berbicaranya.

Habibie

Dulu saya terkesan dengan penampilannya yang seperti “Waiter hotel berbintang lima itu” dan terkadang, demikianlah beliau merepresentasikan penampilannya, “Saya seorang pelayan Negara” katanya sambil tak lupa mengeluarkan senyum disertai tatapan matanya yang khas itu...

Habibie banyak mendapat kecaman ketika membiarkan Timtim lepas berkat izin referendum darinya. Habibie merasa, kalau mereka mau pergi, silahkan saja pergi! Akan tetapi hal itu akan menimbulkan polemik baru, dan ternyata betul sekali. TNI-AD jelas sangat keberatan dengan sikap Habibie, karena akan membuat mereka tampak seperti “seorang penjahat” Sudah banyak prajurit yang gugur di Timtim. Dan bagi para petinggi, Timtim merupakan “lahan basah, zona exclusive” yang sayang harus dilepas..

Sebagaimana Portugal ketika pergi meninggalkan Timor Leste, TNI-AD juga meninggalkan kesan yang sangat mendalam bagi warga Timtim. Mereka meninggalkan senjata bagi para Milisi. Akibatnya terjadi lagi perang saudara yang sangat hebat. Apa yang sudah dibangun RI selama ini, seperti ingin dimusnahkan dalam sekejap. Terkadang keadilan berpihak kepada yang lemah. Milisi ahirnya terusir, Timor Leste bangkit kembali dari puing-puing kehancuran.

Habibie terasa sulit untuk “dimengerti atau diraba jalan pikirannya” bahkan bagi orang-orang dekatnya. Disaat seluruh penduduk Indonesia mengalami euforia politik seperti tahun 1950an dengan mendirikan banyak partai politik, Habibie sibuk dengan angan-angannya, yaitu menjual pesawat N-250 Nurtanio!

Habibie memang bukan seorang politisi, bahkan bukan seorang CEO! Dia hanya bisa menjadi Boss Departement Engineering! Dia orang pintar. Tetapi pintar saja tidak cukup untuk menjadi seorang presiden. Tidak percaya? Tanyakan pada Poros Tengah!

Gus Dur

Adakah presiden paling heboh sedunia selain Gus Dur? Tokoh kontroversial ini selalu digandrungi anak muda karena celotehannya yang sepertinya asal-asalan saja, tetapi terkadang mengandung makna filsafat yang dalam sehingga terasa menohok begitu keras kepada “Orang-orang yang merasa dirinya pintar itu”

Gus Dur adalah seorang negarawan sejati yang memberikan banyak pencerahan bagi rakyatnya. Pada awalnya Poros Tengah memperalatnya. Lalu beliau dijadikan presiden. Poros tengah kemudian “memperlihatkan” apa yang harus dilakukan oleh Gus Dur. Akan tetapi Gus Dur “hanya melihat permainan kekanak-kanakan oleh anak-anak dari sebuah Taman Kanak-kanak!” Gus Dur ahirnya dilengserkan oleh Poros Tengah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun