Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Casting

31 Mei 2016   16:52 Diperbarui: 2 Juni 2016   17:51 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu Alex yang bukan Komang tersenyum sumringah, dia berusaha tersenyum semanis mungkin. Gigi putihnya tersusun rapi mempesona, itulah yang membuat Mimi klepek-klepek kepadanya. Dia merasa seharusnya orang-orang lain juga begitu, ya setidaknya sebagianlah, koreksinya. Sekarang dia sudah siap lahir batin. Dengan ditemani Mamat dia akan mengikuti casting Aktor Figuran film bertajuk “Drakula Monas vs Simanis jembatan Ancol “ produksi PT. Angin Ribut Film Intercine.

Tiba dilokasi casting ternyata sudah ramai sekali peserta, seperti orang antrian sembako. “Waduh apa-apan nih, ini orang-orang pada nyadar gak sih! Eh ada Asep, tukang mie ayam di gang belakang kos-kosannya ikutan casting juga..“, dia tersenyum mengejek lalu memakai kaca mata “cengdemnya” sambil duduk dikursi.

Tanpa sengaja kakinya mengenai kursi depan. Tak dinyana cewe yang didepan langsung berdiri dan marah, “Apaan sih..lu buta ya! Makanya buka tuh cengdemnya.. emangnya lu mau ngelas teralis apa..? “Busett, galak amat nih cewe, coba aja ntar kalo gua uda jadi aktor... tuh kaki bakalan lu uber-uber pengen lu pelukin!” bisiknya dalam h

Sudah tiga jam berlalu Alex belum dapat giliran juga. Mamat uda bosan duduk, dia pergi minum es dawet sambil ngobrol dengan tukang koran. Bosan duduk, Alex kemudian pergi mencoba ngobrol dengan kru film yang lagi santai.  “Siang oom..lagi nyantai ya..” katanya ramah.

“Mau ikutan casting.?“ kata si oom, di atas saku bajunya tertulis Joni. “Iya oom Jon, lagi ngantri, ternyata banyak yang ikutan juga ya oom ” Alex mencoba sok akrab.

“Nah.. yang penting kunci menjadi aktor itu, adik harus tenang dan rileks. Usahakan senyaman mungkin..dan fokus.. ya fokus. Ingat script-nya, biarkan dialognya mengalir lancar tanpa sekat, usahakan senatural mungkin, tatap mata lawan main kita, usakan ada chemistry diantara kalian, nanti auranya akan muncul sendiri. Makin sering main, otomatis makin lancar, itulah pengalaman saya 20 tahun didunia perpiliman“ kata oom Jon.

Tidak terasa sejam mereka ngobrol ketika nama Alex dipanggil masuk. Dia diberi waktu 10 menit untuk menghafal dialog dan mempersiapkan diri. Ketika dia masuk ke ruangan casting, dia melihat seorang wanita cantik duduk diatas kursi rendah. Ya, dia ingat wajah  artis ini. Tapi wajahnya jauh lebih cantik dari yang dilihatnya di tv, berbeda dari bayangannya.       

Kata orang-orang, artis itu wajahnya biasa-biasa saja. karena di make-up lah wajahnya jadi jauh lebih cakep. Ini koq terbalik ya. Artis ini selain cantik, kulitnya putih, bodynya juga aduhai. Dia memakai rok pendek ketat sambil menyilangkan kaki putih mulusnya. Dia memakai baju putih tanpa lengan dengan dua kancing atas dilepas, dan sepertinya tidak memakai bra.

Alex mulai gugup, kancing kemeja yang terbuka dan rok ketat yang pendek bingits itu sangat mengganggu konsentrasinya. Terdengar aba-aba “5,4,3,2,1... take..” Alex bengonggg... “Hei..apa apaan nih...mulai dong!“ teriak sutradara

“oke, coba lagi konsentrasi semua, siappp 5,4,3,2,1... take..” teriak sutradara tak sabar.

“Buah duku beli di Monas.. buah.. buah dada beli di Ancol...” Alex memulai dialog  “Cutttt..! lu buta ya.. gua uda cape dari pagi tau, Buah duku beli di Monas, buah delima beli di Ancooool..aduuuh!” teriak sutradara marah.  “Iya gue uda laper nih oom“ si Artis turut menimpali. “Ya udah, take one more time please..” Kata boss produser yang keturunan India sambil tersenyum.

***

Keringat dingin disertai nafas lega menyertai langkah Alex keluar dari ruang casting tersebut, disambut pertanyaan Mamat, “Gimane bro..” Alex mencoba tersenyum semanis mungkin. Tapi yang keluar terasa kecut, lalu dia berbisik “siiiippp” katanya sambil mengancungkan jempol.

Sambil menunggu hasil casting, mereka makan nasi campur di warteg dekat lokasi casting. Senyum Alex mulai mengembang. Dia berceloteh ketemu banyak artis cantik di ruang casting. Dia bercerita juga kalau tadi ada anggota “Lighting“ yang meminta tanda tangannya. Alex berjanji, nanti kalau sudah jadi aktor terkenal, dia akan mengenalkan Mamat pada artis-artis cantik, dan dia boleh mencoleknya. tapi cuma colek doang.

Senyum manis mengembang dari wajah Mamat. Giginya tidak seputih Alex, tapi senyumnya menawan juga, setidaknya menurut dia begitu. Asa itu telah terkembang, tinggal merajutnya dan mewujudkan impian yang lama terkekang, harapan kehidupan esok akan lebih indah...

Untung tak dapat diraih malang ada di Jawa Timur. Alex gigit jari. hasil casting jelek, dia ditolak. Itu membuatnya kecewa dan marah. Sebelum meninggalkan tempat itu, dia melihat oom Joni merokok santai. Alex lalu bertanya kepada seorang crew, “Oom Joni itu jabatannya disini apa ya mas..?”  “Oh itu, dia itu tukang genset.!“            

Alex tertawa getir. Dia tidak bernasib malang! kalau dia seorang aktor bagus dan ditolak, itu baru namanya bernasib malang. Dia cuma tukang kerupuk yang mencoba peruntungan, dan dia merasa lega, dia sudah mencobanya. Dia akan berjualan kerupuk lagi, naik motor dari kampung kekampung. Dunianya lebih sederhana dan jujur. Dunia film penuh dengan satire...

Reinhard Freddy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun