***
Keringat dingin disertai nafas lega menyertai langkah Alex keluar dari ruang casting tersebut, disambut pertanyaan Mamat, “Gimane bro..” Alex mencoba tersenyum semanis mungkin. Tapi yang keluar terasa kecut, lalu dia berbisik “siiiippp” katanya sambil mengancungkan jempol.
Sambil menunggu hasil casting, mereka makan nasi campur di warteg dekat lokasi casting. Senyum Alex mulai mengembang. Dia berceloteh ketemu banyak artis cantik di ruang casting. Dia bercerita juga kalau tadi ada anggota “Lighting“ yang meminta tanda tangannya. Alex berjanji, nanti kalau sudah jadi aktor terkenal, dia akan mengenalkan Mamat pada artis-artis cantik, dan dia boleh mencoleknya. tapi cuma colek doang.
Senyum manis mengembang dari wajah Mamat. Giginya tidak seputih Alex, tapi senyumnya menawan juga, setidaknya menurut dia begitu. Asa itu telah terkembang, tinggal merajutnya dan mewujudkan impian yang lama terkekang, harapan kehidupan esok akan lebih indah...
Untung tak dapat diraih malang ada di Jawa Timur. Alex gigit jari. hasil casting jelek, dia ditolak. Itu membuatnya kecewa dan marah. Sebelum meninggalkan tempat itu, dia melihat oom Joni merokok santai. Alex lalu bertanya kepada seorang crew, “Oom Joni itu jabatannya disini apa ya mas..?” “Oh itu, dia itu tukang genset.!“
Alex tertawa getir. Dia tidak bernasib malang! kalau dia seorang aktor bagus dan ditolak, itu baru namanya bernasib malang. Dia cuma tukang kerupuk yang mencoba peruntungan, dan dia merasa lega, dia sudah mencobanya. Dia akan berjualan kerupuk lagi, naik motor dari kampung kekampung. Dunianya lebih sederhana dan jujur. Dunia film penuh dengan satire...
Reinhard Freddy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H