Di jaman reformasi, koruptor dielu-elukan bak selebritis Hollywood. “Kecoak” itu dipilih menjadi kepala daerah, dibela dan dibezuk ditempat hina, penjara! Apakah inlander itu memuja kecoak itu? Tidak! Mereka dibayar oleh kecoak tersebut. Adakah dalam sejarah kemanusiaan didunia ini yang paling hina dilakukan oleh manusia, selain yang dilakukan oleh inlander proletar tersebut? Dan ini hanya terjadi di negaraku, Indonesia.
Apakah benang merah yang sebenarnya dari persoalan bangsa ini dari sejak jaman Sriwijaya yang termashur itu?
Jawabannya hanya satu dan satu satunya, bangsa ini cuma terdiri dari sekumpulan inlander yang beranak pinak menghasilkan inlander-inlander baru!
Tetapi, mengapa dulu bisa berjaya pada jaman Sriwijaya dan Majapahit? Jawabannya Hanya satu dan satu satunya. Pada jaman itu mereka mempunyai Pemimpin yang mempunyai Integritas dan kemampuan untuk mempersatukan Inlander-inlander tersebut!
Agaknya, masuknya pengaruh Islam dan Kristen turut mempengaruhi kekuatan kerajaan Nusantara, karena sejak agama itu masuk, tidak ada lagi kerajaan sebesar Kemaha-kaisaran Majapahit tersebut. Atau mungkin juga sejak era Hayam Wuruk-Gajah Mada, tidak ada lagi pemimpin yang mempunyai Integritas dan kemampuan untuk mempersatukan Nusantara!
Contoh buruknya pengaruh agama bukan cuma isapan jempol belaka, Negeri ini tidak habis-habisnya dilanda kebencian sentimen agama! Para pemimpin agama yang “kecoak inlander” itu, bukan saja tidak mampu mempersatukan umat, akan tetapi menanamkan kebencian diantara umat itu, sebagai manifestasi inferioritas inlandernya dihadapan Tuhan dan umat!
Pemimpin agama yang punya Integritas, berani menghadap Tuhannya, “vis a vis” mengakui kesalahan dan ketidakmampuannya meng-integritaskan inlandernya, dan menyerahkan lehernya sebagai ganti agar Tuhan yang murka itu, tidak memotong kepala inlander-inlander keparat itu!
Contoh mentalitas inlander dapat kita lihat dijalan raya. Apalagi yang dekat dengan Pasar Tradisional. Dimulai dari trotoar dan jalan itu sendiri. Perhatikan baik-baik perilaku para inlander yang ada disitu, termasuk pemakai jalan raya! Itulah potret sesungguhnya rakyat negeri ini.
Bagaimana mungkin rakyat merdeka berani menjajah trotoar pejalan kaki, lalu berjualan disitu. Sebagian bahkan menjajah jalan raya untuk berjualan!
Dijaman kolonial, anda tidak akan berani menjual pulsa dibahu jalan, karena anda akan langsung ditahan polisi pamongpraja. Sepeda tanpa lampu depan dan refletor (mata-kucing) akan ditahan. Itu cuma sepeda!
Dijaman reformasi, tukang kerupuk pun berani naik motor di jalur Busway, walaupun tidak kelihatan wujudnya dari belakang karena tertutup timbunan kerupuk!