Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Reklamasi Teluk Jakarta, Sebuah Bencana?

8 Mei 2016   14:50 Diperbarui: 8 Mei 2016   15:25 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagaimana dengan kepentingan Nelayan? Bagi kita kehidupan mereka sangat memprihatinkan. Mereka harus membeli air bersih dengan harga sangat mahal. Berpendidikan rendah, dengan sanitasi lingkungan yang sangat buruk, sehingga rentan menderita penyakit. Lingkungan mereka sebenarnya AMAT SANGAT mencemari Teluk Jakarta!

Ini sebenarnya paradoks. Demi perikemanusiaan dan perikeadilan, lingkungan mereka sangat tidak manusiawi dan mencemari lingkungan. Memindahkan mereka ke rusunawa akan membuat mereka sedikit “menderita” Mereka terbiasa “mengambil dari laut dan membuang ke laut” Tinggal di rusunawa memerlukan adaptasi penyesuaian lingkungan. Sebagian dari mereka yang tinggal di rusunawa kemungkinan akan beralih profesi pekerjaan.

Ada yang berbohong dengan mengatakan, nelayan itu menangkap ikan di Teluk Jakarta. Itu adalah kebohongan besar! Para nelayan itu menangkap ikan jauh dari garis pantai! Itu bukan hanya di Jakarta saja, melainkan hampir merata di seluruh Nusantara ini!

Kerang dan ikan kecil yang mampu BERMUTASI saja yang dapat hidup, agar tahan terhadap lingkungan tercemar dekat garis pantai, dan ini sangat berbahaya bagi kesehatan kalau di konsumsi.

Para nelayan itu mungkin agak sukar kalau hidup jauh dari laut, akan tetapi mereka dan lingkungannya tidak boleh juga mencemari lingkungan. Adalah sangat baik kalau sekiranya mereka direlokasi ke pulau reklamasi atau ke tempat lain yang tidak jauh dari laut, dengan terlebih dahulu menyediakan tempat yang layak bagi mereka.

Ini adalah hal yang sangat menarik! Sepanjang sejarah republik ini, belum ada penanganan yang komprehensif terhadap kehidupan nelayan. Bantuan kepada mereka lebih banyak berupa bantuan perahu atau mesin tempel! Ini sangat menggelikan! Mereka bukan robot pencari ikan! Mereka adalah manusia yang sedikit berbeda pemahamannya dalam memandang kehidupan. Kita tidak dapat membantu mereka kalau kita tidak menyelami “filosofi” kehidupan mereka.

Jutaan nelayan di negeri ini “hidup terpisah” dengan “manusia daratan” Filosofi hidup nelayan sangat berbeda dengan folosofi hidup orang darat yang kompleks. Nelayan tidak tertarik dengan pendidikan, menjadi caleg, cagub atau bahkan presiden! Hidup mereka sangat “simple” dan tak ingin jauh dari laut.Tugas kitalah me “redesign” kehidupan mereka agar mereka hidup “manusiawi” tanpa merasa kehilangan jati diri mereka, tapi juga tidak mencemari lingkungan!

Dalam melihat kasus reklamasi ini, yang kita perlukan adalah hati nurani dan kearifan, bukan dengan pendekatan politis. Sejarah membuktikan, pendekatan politis hanya menguntungkan penggagasnya tanpa pernah memperdulikan pihak-pihak yang dipolitisir. Sudah terlalu lama kita menderita akibat dipolitisir Parpol dan orang-orang di Senayan sana.

Reinhard Freddy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun