Setiap orang dikalahkan oleh pikiran itulah mengapa mereka memiliki begitu banyak sakit hati dan kesedihan. Begitulah pandangan Jalaluddin Rumi dalam sebagian catatan nya.
Lalu bagaimana kognitif antara persepsi dan pikiran? Dalam sebagian riwayat hadis qudsi, kanjeng rasul Muhammad Ibn Abdulloh SAW bersabda, dengan meriwayatkan firman Allah "Aku berdasarkan persepsi hambaku terhadap ku".
Menarik untuk diselami makna hadis di atas dari perspektif psikologis dimana persepsi seorang hamba menunjukkan terhadap bagaimana kehendak Dzat yang dipersepsikan. Dalam tinjauan Psikologi persepsi merupakan suatu asumsi yang di hasilkan dari suatu pola fikir baik pola fikir tersebut dihasilkan dari jiwa ammaroh (jiwa emosional) ataupun di hasilkan dari pola fikir lawwamah (jiwa temperamental). Kesemuanya menjadi persepsi.
Lantas dari mana asal muasal fikiran atau pemikiran? Dan apa yang mempengaruhi terhadap cara seseorang berpresepsi?
Sebelum lebih jauh membicarakan pemikiran kita perlu untuk mendefinisikan nya dalam suatu pemahaman. Dalam bahasa kita "Indonesia" berpikir di artikan sebagai memanfaatan kemampuan akal budi didalam mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu berdasarkan nilai sebagai indikator. Sedangkan menurut sebagian filsuf berfikir adalah seni berdialog antara aku dengan diriku.
Dari uraian di atas dapat kita kaji bahwa asal muasal fikiran bersumber pada akal. Lantas dimana akal tersebut bermuara? Menurut medis dalam ilmu kedokteran akal di katakan sebagai fungsi otak. Namun hal ini berbeda dengan sebagian statement Al-qur'an dimana akal di sebut sebagai fungsi hati (lahum qulubun la ya'qiluna biha) "mereka mempunyai hati tapi tidak berfikir". Dari perbedaan ini menurut hemat penulis tidak memiliki pertentangan antara yang satu dengan yang lain, karena melihat hal tersebut dari dua sisi yang berbeda pula. Ilmu kedokteran melihat nya dari sisi jasmani sedang al-quran menginformasikan hal tersebut dari sisi rohani. Hal ini sejalan dengan pandangan Imam al-ghazali yang berpendapat bahwa hati adalah pemimpin terhadap semua anggota tubuh dimana otak merupakan bagian nya.
Dari uraian singkat tersebut kita lanjut kan fokus kita pada topik tentang kognisi persepsi dan pikiran dalam membentuk karakter dan prinsip hidup.
Jika pola fikir terbentuk dari persepsi maka sejatinya persepsi dan berpikir dapat diibarat seperti dua sisi koim yang tidak bisa di pisahkan. Artinya ada keterikatan antara persepsi dan pemikiran. Maka dari itu, dalam konteks ini yang perlu kita fahami cara kita berpikir dapat mempengaruhi bagaimana kita akan berpresepsi dan cara kita berpresepsi dapat menentukan bagaimana kita akan berekspresi dan ekspresi itulah yang kemudian akan menjadi kebiasaan sikap yang terus menerus teraktualisasikan dalam keseharian kita dengan lingkungan sekitar dimana pada akhirnya akan mengkristal menjadi watak atau karakter dan karakter itulah yang nantinya akan menjadi prinsip hidup.
Runtutan hal di atas sejatinya dipengaruhi oleh dua hal pokok dimana keduanya saling memberikan dampak yang jelas dalam karakter dan prinsip hidup.
1. Faktor internal
Faktor internal berhubungan dengan kemampuan Intelektualitas seseorang. Seperti apa yang ia inginkan, Apa yang ia ketahui dan apa yang ia dengar kan. Demikian ini karena sejatinya manusia mempunyai sifat keingin tahuan, sifat penasaran yang tinggi sehingga hal-hal tersebut akan mempengaruhi terhadap bagaimana manusia akan berfikir dan berpresepsi.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktorluar seperti lingkungan, budaya dan keadaan sosial. Hal ini memberi pengaruh karena kesemuanya menjadi media tercipta nya sumber informasi, pengalaman dan pengetahuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H