Mohon tunggu...
choirunnisa arthi
choirunnisa arthi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Tahun Pertama S1 Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Memiliki ketertarikan dalam dunia kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

ChatGPT: Polemik Kesepian bagi Manusia Modern

2 November 2024   08:44 Diperbarui: 2 November 2024   12:55 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesatnya kemajuan teknologi meningkatkan efisiensi pekerjaan bagi manusia. Sebagaimana AI atau Artificial Intelligence yang mampu mengotomatisasi pekerjaan manusia seperti analisis data, pengambilan keputusan, bahkan pengolaan tugas yang kompleks. Fleksibilitas yang ditawarkan juga menyebabkan sebagian besar orang memilih AI sebagai alternatif penyelesaian masalah yang ada di sekitar mereka. Menurut data yang dirilis oleh Writterbuddy, rata-rata pertumbuhan bulanan penggunaan AI mencapai sekitar 236,3 juta kunjungan dengan penyumbang terbesar adalah ChatGPT.  

ChatGPT merupakan salah satu platform AI yang paling banyak dikunjungi karena fitur yang disediakan dianggap lengkap disertai respon yang tanggap dalam penggunaannya. Baru-baru ini ChatGPT ramai dibicarakan karena menawarkan fitur voice chat dimana seseorang bisa berkomunikasi dengan AI dengan pengalaman yang lebih alami dan responsif. Tentunya hal ini semakin memicu perdebatan dalam penggunaan AI sendiri, sebab tingginya penggunaan AI akan mempengaruhi intensitas interaksi sosial bagi manusia.

Dunia sedang dilanda epidemi kesepian yang disebabkan oleh tingginya penggunaan AI. Manusia semakin jarang berinteraksi sosial dan lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri. Meskipun pandemi COVID-19 telah berakhir dimana krisis kesepian mulai teratasi, dengan masifnya kemajuan AI tidak menutup kemungkinan manusia akan menjadi pribadi yang lebih tertutup.  Sejak dirilisnya ChatGPT, manusia lebih memilih untuk mengintegrasikan AI dalam kehidupannya.

Manifestasi AI sebagian besar mengalihkan perhatian manusia dalam dunia nyata sehingga menyebabkan pemborosan waktu. Hal tersebut tentu akan membebani kesehatan mental seseorang karena interaksi sosial tergantikan oleh aktivitas digital. Disisi lain munculnya AI bisa dijadikan sebagai alternatif seseorang untuk mengatasi kesepian. Sebagaimana fitur yang disediakan ChatGPT, seseorang akan lebih mudah menemukan teman untuk berkomunikasi. 

Dengan pemanfaatan yang sesuai, hadirnya AI bisa menjadi alternatif dari efektivitas penyelesaian masalah tanpa mengurangi intensitas interaksi sosial manusia. ChatGPT menawarkan kenyamanan bahkan teman bicara bagi mereka yang kesepian. Namun, penting bagi pengguna untuk tetap menjaga interaksi sosial di dunia nyata dan tidak menggantikan sepenuhnya komunikasi manusia dengan teknologi. Tentu diimbangi dengan pengetahuan mengenai penggunaan yang tepat dalam kehidupan nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun