Di usia kehamilan 5 Bulan, bidan memprediksi bahwa BB bayi besar karena tinggi fundus tidak sesuai dengan usia kehamilan. Ketidaksesuaian tinggi fundus bisa terjadi karena Bayi kembar ataupun BB bayi yang besar. karena hasil usgnya hanya 1 janin, berarti ada kecenderungan bahwa bayi memiliki BB yang melebihi usianya.
Ibu disarankan untuk mengatur asupan yang masuk kedalam tubuhnya. di usia kehamilan 7 bulan dan seterusnya, keadaan berbalik. bayi yang semula diprediksi memiliki bobot yang besar, kini diduga mengalami BB yang rendah. Saat itu, sedang Bulan Puasa dan ibu dengan berat hati tidak berpuasa demi kesehatan si jabang bayi. semua asupan makanan yang bisa menambah bobot bayi sudah dicoba. hasilnya Bb bayi tetap diprediksi masih rendah dari yang seharusnya.Â
Di setiap pemeriksaan kehamilan pun , hasil USG menunjukkan bahwa posisi bayi bagus, detak jantung bagus, hanya BB yang masih harus dikejar. Hingga tiba masa kelahirannya, bayi lahir dengan berat 2,48. Bidan bilang, BB nya ngepas banget. tapi Alhamdulillah sehat. 12 jam dari jam kelahiran, bayi beserta ibu diperbolehkan pulang.
ASI ibu rupanya masih belum banyak, hanya menetes barang sesekali. tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena bayi yang baru lahir masih memiliki cadangan makanan di dalam tubuhnya. hingga malam tiba, si bayi mengalami muntah, warnanya hijau membasahi baju dan bedong. ibu panik, anak pertamanya seperti kesakitan. pelan-pelan sambil terisak, Â ibu menyeka dan mengganti pakaian bayi yang basah karena kemuntahan. ibu bertanya, apa yang terjadi? saudara ibu bilang kalau itu mungkin adalah cairan ketuban. Setelah muntah, bayi menangis kelaparan minta mimik. Ibu pun segera meng-ASIhinya.
Esoknya masih sama, bayi masih mengalami muntah hijau. Siang itu, tiba-tiba si bayi rewel menangis tiada henti, sudah berbagai cara dicoba, sudah berganti-ganti orang mencoba menenangkannya, tapi si bayi tetap menangis. matanya menatap tajam keatas, ibu lagi-lagi hanya bisa menangis. tak tau kenapa dan harus bagaimana menghadapi situasi seperti ini.
Akhirnya dibawalah bayi ke bidan tempat dimana bayi dilahirkan. Kami ceritakan kejadian demi kejadian, terutama muntah hijau dan rewelnya bayi. Ketika bayi diperiksa Bu Bidan, si bayi diam, rewelnya hilang, entah mungkin tangan sakti sang bidan atau dia mulai merasa kelelahan karena sudah menangis berjam-jam lamanya.
Bu bidan menjelaskan bahwa muntahnya bukan karena cairan ketuban yang tidak bersih, melainkan efek dari mual karena kurang nutrisi sehingga menimbulkan muntah kekuningan. sama seperti orang dewasa ketika mengalami mual dan kondisi perut sedang kosong, maka akan keluar cairan kuning bening. Bidan menyarankan agar ASI lebih sering diberikan.
ibu dan bayi pun pulang meskipun kurang begitu puas terhadap penjelasan bidan. Dalam hati ibu, ibu merasa persepsi muntah yang ibu jelaskan sepertinya berbeda dengan apa yang ditangkap oleh Bidan. tapi ibu sedikit lega karena bayi sudah tenang. Rupanya, kelegaan ibu hanya berlangsung sesaat. Ibu mulai kembali khawatir karena sorenya si bayi muntah lagi. kali ini lebih banyak dari sebelumnya dan warna hijaunya lebih pekat dari sebelumnya. ibu lantas mengambil gambar muntahan bayi lalu mengirimkannya ke Bidan.
Menurut bidan, kemungkinan ada masalah di bagian pencernaannya. Bidan menganjurkan untuk segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Tanpa berlama-lama ibu beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas pergi ke rumah sakit dengan membawa perlengkapan yang dibutuhkan. Di rumah sakit, ibu mengurus administrasi, sedangkan nenek dan bibi membawa bayi untuk segera di periksa. Ayah tidak bisa menemani karena sedang ada tugas kedinasan di luar kota.
Selesai urusan administrasi, ibu menyusul bayi. Ibu jelaskan situasi dan gejala yang terjadi, tak lupa gambar muntahannya. Ibu ditanya apakah bayi tidak bisa BAB atau BAK?ibu jawab bayi mengalami keduanya. hanya muntahnya saja yang bermasalah. Bayi akhirnya harus ditindak dengan menyedot cairan hijau menggunakan selang khusus medis.
Sambil menangis, ibu keluar dari ruangan, tidak tega harus melihat anak 2 hari harus dimasukkan selang. tubuh kecil ibu yang malang, ibu lakukan semata-mata hanya untuk kebaikan buah hati. Tidak hanya sampai disitu, bayi harus menjalani serangkaian proses yang panjang. Melakukan Xray dengan posisi telentang dan tanpa busana, si bayi menangis kesakitan, kedinginan. akhirnya sampailah pada kesimpulan bahwa ada masalah di bagian sistem pencernaannya, bayi harus di opname, dan harus dialihkan ke RS Pusat.
Berdasarkan serangkaian proses yang sudah dijalani baik melalui USG, X.Ray, dan lainnya RS Pusat mendiagnosa bahwa bayi mengalami "stenosis deodenum". Stenosis duodenum merupakan penyempitan pada duodenum yang menyebabkan obstruksi pada duodenum. penyempitan menyebabkan obstruksi yang tidak lengkap sehingga menghalangi jalannya makanan dari lambung menuju usus untuk dicerna. Ini menyebabkan keluarnya cairan empedu.
Jadi muntahan hijau yang terjadi pada bayi adalah cairan empedu, begitu penuturan para ahli. satu-satunya jalan agar bayi sembuh adalah dengan jalur operasi. selama bayi belum melakukan operasi, satu-satunya cara agar bayi bisa bertahan adalah dengan memasukkan cairan infus ke dalam tubuhnya, mengingat jalan makanan bayi yang tidak bisa dimasuki atau dicerna dengan baik.
Selain itu, Para ahli melakukan penyedotan keluar cairan yang terperangkap di perut bayi (cairan hijau), hingga dilakukanlah pembedahan (operasi). Operasi ini dilakukan untuk menyambung bagian duodenum sebelum dan setelah sumbatan, agar kontinuitas saluran duodenum kembali normal. Pada stenosis duodenum itu sendiri, gejala yang dialami bayi berbeda-beda. ada yang memang sejak lahir bayi tidak bisa BAB, tapi ada juga yang bisa.Â
Berikut gejala yang terjadi pada si bayi:
Mengeluarkan muntah dengan warna yang kehijauan. Ini bisa terjadi berulang kali, meskipun bayi tidak mendapatkan asupan makanan dan minuman apapun selama beberapa jam.Â
Rewel, dan tidak bisa ditenangkan
Mata tajam menghadap keatas
Ada bayi yang Tidak mengalami buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB).Â
bila ada ibu-ibu diluar sana yang mendapati gejala seperti ini, segera bawa ke RS untuk segera ditangani. karena penanganan yang lebih cepat akan lebih cepat pula untuk ditindak.
Alhamdulillah si bayi kini sehat dan bisa makan seperti biasa.Â
salam sejahtera untuk orangtua strong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H