Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merayakan Seabad Pramoedya Ananta Toer: Warisan Abadi dari Blora untuk Dunia

10 Januari 2025   14:27 Diperbarui: 10 Januari 2025   14:27 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pramoedya Ananta Toer - indonesiakaya.com

Namun, di balik pujian, perlu juga kita kritisi bagaimana bangsa ini memperlakukan Pram semasa hidupnya. Ia adalah salah satu penulis Indonesia yang paling diakui di dunia internasional, tetapi di negeri sendiri, karyanya sempat dilarang beredar. Hingga hari ini, nama Pram belum sepenuhnya dihargai dalam sistem pendidikan formal. Padahal, mengenalkan generasi muda pada karya Pram bisa menjadi langkah penting untuk memahami kompleksitas sejarah bangsa ini.

Pram dan Masa Depan Sastra Indonesia

Seabad setelah kelahirannya, Pram tetap menjadi rujukan utama dalam diskusi tentang sastra dan sejarah Indonesia. Tetapi pertanyaannya, apakah generasi muda masih membaca karyanya? Dalam sebuah survei tahun 2023 oleh Lembaga Literasi Nasional, hanya 12% pelajar SMA yang mengenal nama Pramoedya Ananta Toer, dan lebih sedikit lagi yang pernah membaca karyanya. Ini adalah alarm bagi kita semua.

Menghidupkan kembali semangat Pram bukan hanya soal mengenang, tetapi juga memastikan karyanya terus relevan. Digitalisasi karya Pram, adaptasi ke dalam media baru seperti film atau serial, hingga memasukkan diskusi tentang Pram dalam kurikulum adalah langkah yang perlu diambil. Seperti yang pernah ia tulis, "Sejarah itu penting, bukan untuk dikenang, tetapi untuk dijadikan pelajaran."

Blora, Rumah Pram, dan Kita

Sebagai kota kelahirannya, Blora seharusnya menjadi pusat perayaan warisan Pram. Bayangkan jika ada museum interaktif Pramoedya Ananta Toer, perpustakaan yang menyediakan semua karyanya, atau festival sastra tahunan untuk mengenang kontribusinya. Ini bukan hanya soal menghormati seorang sastrawan, tetapi juga menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang menghargai budayanya.

Namun, perayaan seabad Pram bukan hanya milik Blora. Pram adalah milik kita semua, milik setiap orang yang percaya bahwa sastra adalah cerminan dari jiwa bangsa. Ia mengajarkan kita untuk tidak menyerah pada ketidakadilan, untuk terus mencari kebenaran, dan untuk tidak takut menulis sejarah kita sendiri.

Kesimpulan

Seabad setelah kelahirannya, Pramoedya Ananta Toer tetap menjadi mercusuar dalam dunia sastra dan pemikiran Indonesia. Karya-karyanya adalah warisan yang tak lekang oleh waktu, mengajarkan kita tentang pentingnya sejarah, keberanian, dan kemanusiaan. Di tengah perayaan ini, mari kita tidak hanya mengenang Pram sebagai seorang sastrawan, tetapi juga menjadikannya inspirasi untuk membangun masa depan yang lebih baik. Sebab, seperti yang selalu ia yakini, "Selama manusia membaca, sejarah tidak akan pernah mati."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun