Namun, di balik pujian, perlu juga kita kritisi bagaimana bangsa ini memperlakukan Pram semasa hidupnya. Ia adalah salah satu penulis Indonesia yang paling diakui di dunia internasional, tetapi di negeri sendiri, karyanya sempat dilarang beredar. Hingga hari ini, nama Pram belum sepenuhnya dihargai dalam sistem pendidikan formal. Padahal, mengenalkan generasi muda pada karya Pram bisa menjadi langkah penting untuk memahami kompleksitas sejarah bangsa ini.
Pram dan Masa Depan Sastra Indonesia
Seabad setelah kelahirannya, Pram tetap menjadi rujukan utama dalam diskusi tentang sastra dan sejarah Indonesia. Tetapi pertanyaannya, apakah generasi muda masih membaca karyanya? Dalam sebuah survei tahun 2023 oleh Lembaga Literasi Nasional, hanya 12% pelajar SMA yang mengenal nama Pramoedya Ananta Toer, dan lebih sedikit lagi yang pernah membaca karyanya. Ini adalah alarm bagi kita semua.
Menghidupkan kembali semangat Pram bukan hanya soal mengenang, tetapi juga memastikan karyanya terus relevan. Digitalisasi karya Pram, adaptasi ke dalam media baru seperti film atau serial, hingga memasukkan diskusi tentang Pram dalam kurikulum adalah langkah yang perlu diambil. Seperti yang pernah ia tulis, "Sejarah itu penting, bukan untuk dikenang, tetapi untuk dijadikan pelajaran."
Blora, Rumah Pram, dan Kita
Sebagai kota kelahirannya, Blora seharusnya menjadi pusat perayaan warisan Pram. Bayangkan jika ada museum interaktif Pramoedya Ananta Toer, perpustakaan yang menyediakan semua karyanya, atau festival sastra tahunan untuk mengenang kontribusinya. Ini bukan hanya soal menghormati seorang sastrawan, tetapi juga menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang menghargai budayanya.
Namun, perayaan seabad Pram bukan hanya milik Blora. Pram adalah milik kita semua, milik setiap orang yang percaya bahwa sastra adalah cerminan dari jiwa bangsa. Ia mengajarkan kita untuk tidak menyerah pada ketidakadilan, untuk terus mencari kebenaran, dan untuk tidak takut menulis sejarah kita sendiri.
Kesimpulan
Seabad setelah kelahirannya, Pramoedya Ananta Toer tetap menjadi mercusuar dalam dunia sastra dan pemikiran Indonesia. Karya-karyanya adalah warisan yang tak lekang oleh waktu, mengajarkan kita tentang pentingnya sejarah, keberanian, dan kemanusiaan. Di tengah perayaan ini, mari kita tidak hanya mengenang Pram sebagai seorang sastrawan, tetapi juga menjadikannya inspirasi untuk membangun masa depan yang lebih baik. Sebab, seperti yang selalu ia yakini, "Selama manusia membaca, sejarah tidak akan pernah mati."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H