Bayangkan jika UN berbentuk proyek kolaboratif. Misalnya, siswa diminta untuk menyelesaikan masalah lingkungan di sekitar mereka, seperti pengelolaan sampah atau pelestarian air. Dalam proses ini, siswa belajar bekerja sama, berpikir kreatif, dan menggunakan pengetahuan dari berbagai mata pelajaran.
Kedua, penilaian harus bersifat holistik. Tidak adil jika kemampuan siswa hanya diukur dari nilai ujian tertulis. Keterampilan non-akademik, seperti kepemimpinan, empati, dan kreativitas, juga perlu mendapat tempat dalam sistem evaluasi.
Ketiga, pentingnya memperbaiki ekosistem pendidikan. Ujian yang memerdekakan hanya bisa tercapai jika semua siswa memiliki akses yang sama terhadap sumber daya pendidikan. Pemerintah perlu memastikan bahwa sekolah di daerah terpencil memiliki fasilitas dan guru yang setara dengan sekolah di kota besar.
Menanti Harapan Baru
Pemerintah sebenarnya telah mulai melakukan reformasi, seperti mengganti UN dengan Asesmen Nasional (AN). Berbeda dengan UN, AN lebih menekankan pada literasi, numerasi, dan karakter siswa. Selain itu, AN juga tidak digunakan untuk menentukan kelulusan, melainkan sebagai alat diagnostik untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
Meski begitu, implementasi AN masih menghadapi tantangan. Banyak guru yang belum sepenuhnya memahami konsep asesmen ini, sehingga persiapan siswa cenderung masih berkutat pada pola lama. Di sisi lain, pemerataan akses pendidikan tetap menjadi pekerjaan rumah besar.
Penutup
Menanti ujian nasional yang memerdekakan adalah perjalanan panjang yang memerlukan keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Sistem pendidikan harus berani melepaskan diri dari pola pikir bahwa kesuksesan siswa hanya bisa diukur dengan angka.
Sebagai masyarakat, kita juga perlu mengubah cara pandang. Nilai ujian bukanlah akhir segalanya. Apa yang lebih penting adalah bagaimana siswa belajar menjadi manusia yang utuh—siap menghadapi tantangan hidup, berpikir kritis, dan berkontribusi bagi lingkungan sekitarnya.
Jadi, ketika kita berbicara tentang ujian nasional yang memerdekakan, yang sebenarnya kita cari adalah pendidikan yang benar-benar merdeka: pendidikan yang membebaskan pikiran, menghidupkan hati, dan membentuk jiwa-jiwa tangguh. Dan harapan itu, meskipun tampak jauh, selalu pantas untuk diperjuangkan.