Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Zakat 2,5 Persen dan PPN 12%: Sudah Adilkah?

30 Desember 2024   14:10 Diperbarui: 3 Januari 2025   08:20 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pajak | www.kedaipena.com

Belakangan ini, netizen di medsos mempermasalahkan perbandingan antara zakat 2,5% dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% ramai dibicarakan. Beberapa spanduk mengusung slogan seperti “Zakat 2,5% untuk umat, PPN 12% untuk negara—adilkah ini?” Sebuah pertanyaan yang menggugah emosi dan logika. Untuk menjawabnya, kita perlu menggali lebih dalam: apa itu zakat, apa itu PPN, dan bagaimana keduanya berperan dalam tatanan sosial-ekonomi kita?

Zakat: Fondasi Kesejahteraan Umat

Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam, kewajiban agama yang tak hanya bersifat spiritual tetapi juga sosial. Dalam Islam, zakat sebesar 2,5% dari harta tertentu wajib diberikan kepada delapan golongan, termasuk fakir, miskin, dan ibnu sabil. Zakat bukan sekadar bentuk kedermawanan, tetapi juga cara mendistribusikan kekayaan agar tidak hanya berputar di kalangan tertentu.

Secara ekonomi, zakat memiliki peran besar dalam mengurangi kesenjangan sosial. Bayangkan, jika semua muslim yang mampu secara konsisten membayar zakat, angka kemiskinan bisa ditekan signifikan. Namun, efektivitas zakat sering terhambat oleh kurangnya kesadaran, lemahnya manajemen lembaga zakat, dan pengawasan distribusi yang belum maksimal.

Namun, zakat tetaplah kewajiban individu berbasis agama, bukan pungutan negara. Di sinilah letak perbedaannya dengan pajak seperti PPN.

PPN: Mesin Ekonomi Negara

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah salah satu sumber utama pendapatan negara. Besarnya 12% memang terasa cukup tinggi, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah yang setiap hari bertransaksi. Namun, mari kita lihat dari perspektif yang lebih luas: uang dari PPN digunakan untuk membangun infrastruktur, membiayai pendidikan, menyediakan layanan kesehatan, dan mendukung berbagai program pemerintah lainnya.

Tanpa pajak, bagaimana jalan raya, rumah sakit, dan sekolah bisa berdiri? Bagaimana subsidi pendidikan dan bantuan sosial bisa diberikan? PPN, meskipun sering dianggap membebani, adalah bahan bakar utama roda pemerintahan.

Namun, tentu ada kritik yang patut dilontarkan. PPN bersifat regresif, artinya beban pajak ini lebih berat bagi masyarakat berpenghasilan rendah karena proporsi pengeluaran mereka terhadap penghasilan lebih besar dibandingkan kelompok kaya. Maka, wajar jika muncul pertanyaan: apakah pajak seperti PPN sudah dirancang sedemikian rupa untuk benar-benar adil?

Zakat vs. PPN: Perbandingan yang Tidak Apple-to-Apple

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun