Di antara deretan meja dan suara bel,
Kita tumbuh dalam kisah yang sulit dijelaskan,
Putih abu-abu, warna masa yang tak abadi,
Namun jejaknya, lekat tak terganti.
Kau, teman yang sering tak terduga,
Datang dengan canda, membawa tawa,
Kadang mengusik, sering pula menginspirasi,
Dalam absurditas, kau temukan arti.
Herbarium yang kau sulap jadi dongeng,
Daun-daun jadi pahlawan di medan perang,
Kau ajarkan aku melihat sisi lain,
Bahwa hidup bukan hanya tentang garis lurus yang membosankan.
Kau badut kelas, sang penghidup suasana,
Tapi di balik tawamu, tersimpan rencana,
Meski sering kusangka kau tak peduli,
Di saat sulit, kau selalu berdiri.
Di hari ulang tahunku yang sunyi,
Kau hadir dengan hadiah tak terperi,
Komik tentang kita, penuh kenangan,
Harta kecil dari tangan penuh bayangan.
Kini waktu berjalan tanpa ampun,
Putih abu-abu berganti dengan tantangan,
Namun, di hati, kau tetap ada,
Seperti sketsa dalam buku, yang tak pernah pudar.
Temanku, di dunia yang kerap kelabu,
Kau adalah warna, pelengkap hariku,
Mungkin masa SMA kita tak kembali,
Tapi persahabatan ini, abadi di hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H