Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Merayakan Hari Relawan PMI: Ketulusan yang Menginspirasi Dunia

26 Desember 2024   21:00 Diperbarui: 26 Desember 2024   19:22 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tanggal 26 Desember, kita memperingati Hari Relawan Palang Merah Indonesia (PMI), sebuah momen yang seharusnya tidak sekadar menjadi ajang seremonial, tetapi juga pengingat akan makna mendalam dari kerja sukarela. Relawan PMI adalah simbol ketulusan yang berdiri di garda terdepan saat bencana menerjang, dari gempa bumi hingga banjir bandang. Namun, apakah cukup hanya berterima kasih kepada mereka setiap tahun? Mari kita ulas lebih dalam.

Cerita di Balik Seragam Merah Putih

Bayangkan, saat orang-orang sibuk menyelamatkan diri dari reruntuhan pascagempa, ada seseorang yang justru berjalan ke arah sebaliknya—menuju bahaya. Mereka adalah relawan PMI. Dengan seragam merah putih dan tas medis di punggung, mereka membawa harapan bagi mereka yang terjebak dalam kegelapan.

Relawan PMI tidak hanya hadir saat bencana besar melanda. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya donor darah, membantu di posko kesehatan, hingga menjadi teman bagi para pengungsi. Seperti cerita Ani, seorang relawan di Lombok yang mengorbankan waktu bersama keluarganya untuk mendampingi korban gempa. "Bukan soal pujian, ini soal kemanusiaan," katanya.

Tantangan di Lapangan: Dari Risiko Hingga Minimnya Dukungan

Namun, di balik dedikasi luar biasa itu, relawan PMI sering menghadapi berbagai tantangan. Risiko kesehatan, trauma psikologis, hingga kurangnya perlengkapan adalah beberapa di antaranya. Bahkan, ada relawan yang harus menggunakan dana pribadi untuk transportasi karena minimnya anggaran.

Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: sejauh mana dukungan kita sebagai masyarakat dan pemerintah terhadap mereka? Banyak yang beranggapan bahwa menjadi relawan adalah panggilan hati, sehingga kebutuhan mereka sering diabaikan. Namun, panggilan hati tidak seharusnya menjadi alasan untuk menyepelekan kesejahteraan mereka.

Pentingnya Edukasi Publik tentang Relawan

Salah satu langkah penting adalah meningkatkan edukasi publik tentang peran relawan PMI. Banyak orang masih belum memahami betapa kompleksnya tugas mereka. Mereka bukan sekadar "orang baik" yang membantu tanpa pamrih, tetapi juga individu terlatih yang harus menguasai teknik pertolongan pertama, manajemen bencana, hingga komunikasi krisis.

Sayangnya, kesadaran ini sering kali muncul hanya saat bencana terjadi. Kita terpukau oleh aksi mereka saat berita bencana muncul di layar televisi, tetapi melupakan kontribusi mereka saat keadaan kembali normal. Mengapa? Karena perhatian kita sebagai masyarakat cenderung reaktif, bukan preventif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun