Bowo tidak menyerah. "Namanya juga belajar, tahun depan pasti lebih manis," katanya dengan optimisme yang sedikit dipaksa. Dan benar saja, di tahun kedua, panennya mulai membuahkan hasil yang memuaskan. Anggurnya besar-besar, manis, dan tampil menggoda.
Suatu hari, datanglah seorang pengusaha dari kota yang tertarik membeli anggurnya dalam jumlah besar untuk diolah menjadi jus premium. Kontrak pertama itu membuat nama Mas Bowo melambung.
"Wah, Mas Bowo ini bukan cuma petani, tapi sudah jadi juragan anggur!" celetuk Pak RT, yang kini malah sering numpang foto di kebunnya.
Kini, kebun anggur Mas Bowo tak hanya jadi kebanggaan Desa Margomulyo, tapi juga inspirasi bagi banyak petani muda di sekitar Bojonegoro. Bowo sering diundang berbicara di seminar pertanian modern. Satu-satunya masalah adalah dia harus terus menjelaskan ke peserta seminar bahwa "Kebun Anggur Mas Bowo" bukan nama tempat wisata, melainkan usahanya yang dijalankan sepenuh hati.
Namun, di balik kesuksesan itu, Mas Bowo tetap merendah. Dia masih sering terlihat di kebunnya, memakai caping, mengawasi setiap pohon anggurnya dengan teliti. Bedanya, kini dia melakukannya sambil sesekali membalas komentar di Instagram.
"Mas, kapan bikin kebun duren?" tulis seorang netizen.
Bowo tertawa kecil sambil menjawab, "Sabar, satu mimpi dalam satu waktu."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H