Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pladu: Antara Tradisi, Alam dan Harapan di Sepanjang Bengawan Solo

12 Desember 2024   15:42 Diperbarui: 12 Desember 2024   15:42 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pladu atau Munggut di Bengawan Solo | dokpri Afifudin 

Belum lagi, eksploitasi berlebihan mengganggu habitat ikan dan biota sungai lainnya. Banyak ikan yang kehilangan tempat bertelur karena dasar sungai terus berubah. Selain itu, pencemaran juga menjadi masalah serius. Sampah plastik yang terbawa arus sering kali terjebak di dasar sungai saat air surut, menambah beban lingkungan Bengawan Solo yang sudah cukup berat.

Harmoni dengan Alam

Lalu, bagaimana seharusnya kita memandang pladu di era yang semakin modern ini? Jawabannya mungkin ada pada kata harmoni. Kita perlu menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi warga dan keberlanjutan ekosistem sungai.

Pemerintah daerah bisa mulai memperketat aturan pengambilan pasir dari sungai. Misalnya, hanya memperbolehkan pengambilan pasir secara manual, tanpa alat berat, untuk menjaga struktur dasar sungai. Selain itu, perlu ada edukasi kepada warga tentang pentingnya menjaga lingkungan Bengawan Solo.

Di sisi lain, fenomena pladu ini juga bisa menjadi daya tarik wisata. Bayangkan jika warga dan pemerintah bekerja sama untuk mengemas pladu sebagai festival tahunan. Pengunjung bisa diajak melihat tradisi menangkap ikan, menikmati keindahan dasar sungai yang muncul sementara, hingga membeli produk lokal warga sekitar. Dengan cara ini, masyarakat tetap bisa mendapatkan penghasilan tanpa harus merusak sungai.

Pladu bukan hanya momen alamiah biasa; ini adalah cerminan hubungan manusia dengan alam. Kita diajak untuk merenungkan, sejauh mana kita memanfaatkan alam tanpa merusaknya. Bengawan Solo, dengan segala romantismenya, mengingatkan kita untuk selalu menghargai apa yang diberikan oleh bumi.

Mungkin, pladu adalah pengingat bahwa alam memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan keajaibannya. Tugas kita adalah menjaga agar keajaiban itu bisa terus dinikmati, tidak hanya oleh generasi kita, tetapi juga oleh anak-cucu kita kelak.

Jadi, saat momen pladu berikutnya tiba, mari kita nikmati dengan penuh syukur dan tanggung jawab. Karena, seperti Bengawan Solo yang mengalir abadi, kita juga ingin meninggalkan jejak kebaikan yang lestari di sepanjang perjalanan hidup ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun