Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pencari Jamur Bulan

10 Desember 2024   14:00 Diperbarui: 10 Desember 2024   11:12 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamur Bulan | www.faunadanflora.com

Saat aku masih SD, mungkin kelas lima, ada satu kegiatan yang hampir jadi ritual tiap akhir pekan: mencari jamur bulan. Yang jadi biang kerok dari semua ini? Joni, teman sebangkuku. Anak itu memang jenius kalau soal mengajak orang melakukan hal-hal absurd.

"Jamur bulan cuma keluar subuh-subuh, lho. Kalau kesiangan, keburu dimakan ayam atau lenyap entah ke mana," katanya suatu hari sambil mengunyah kerupuk bekas jajan di kantin.

Aku awalnya skeptis. "Jamur kok bisa hilang gitu aja? Nggak masuk akal, Jon!"

"Makanya ikut dulu! Nanti kamu bakal tahu kenapa ini lebih seru daripada main kelereng."

Besok paginya, habis subuh, Joni sudah nongkrong di depan rumahku. Rambutnya masih acak-acakan, dan dia membawa tas kain bekas beras yang kelihatan terlalu besar untuk tubuh kurusnya.

"Berangkat, Bos!" serunya dengan semangat.

Aku menyeret kakiku yang masih setengah ngantuk. Tapi begitu menghirup udara pagi yang segar, rasa malas itu perlahan hilang. Kami menyusuri jalan setapak menuju kebun bambu di pinggir desa, tempat di mana, katanya, jamur bulan suka "bersembunyi."

Joni punya metode khusus. Dia bilang, "Kuncinya adalah perhatikan semak-semak dan tanah yang lembap. Kalau ada bentuk bulat-bulat kecil kayak kancing, itu pasti jamur bulan."

Aku mengikuti petunjuknya, jongkok dan menyibak semak-semak. Tapi yang pertama kali kutemukan malah sarang semut. "Jon! Ini bukan jamur, ini pasukan semut merah! Aduh, gatal!"

Joni tertawa terbahak-bahak, sampai hampir jatuh. "Makanya, lihat baik-baik! Jamur nggak pernah menggigit, tahu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun