Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Harmoni dengan Alam Melalui Pranoto Mongso bagi Petani Zaman Sekarang

3 Desember 2024   17:30 Diperbarui: 3 Desember 2024   17:33 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kalender Pranoto Mongso (Sumber; www.syaiflash.com)

Dulu, nenek saya sering bercerita bagaimana kakeknya, seorang petani yang tekun, mampu "membaca" alam. Ia tak pernah memegang ponsel, apalagi aplikasi cuaca, tetapi selalu tahu kapan hujan akan turun, kapan tanah siap ditanami, atau kapan waktu terbaik untuk memanen. “Itu semua karena Pranoto Mongso,” kata nenek, sembari menatap sawah di kejauhan.

Pranoto Mongso, bagi masyarakat agraris tradisional, adalah harmoni alami. Ia bukan sekadar sistem penanggalan, tetapi cara hidup yang menghubungkan manusia dengan alam. Di era sekarang, dengan segala teknologi canggih dan perubahan iklim yang tak terduga, muncul pertanyaan penting: Masih bisakah petani menjaga harmoni ini?

Apa Itu Pranoto Mongso?

Bagi yang belum akrab, Pranoto Mongso adalah sistem penanggalan tradisional Jawa yang membagi satu tahun menjadi 12 atau 13 musim (mongso). Setiap mongso memiliki ciri khasnya, seperti cuaca, pola angin, hingga kelembapan tanah. Mongso kapat, misalnya, biasanya berlangsung pada Oktober-November, dianggap sebagai waktu terbaik untuk mulai menanam padi karena hujan mulai stabil. Sementara itu, mongso kasanga di Maret-April adalah musim peralihan yang menuntut petani lebih berhati-hati.

Sistem ini tidak dibuat sembarangan. Ia lahir dari observasi panjang nenek moyang kita terhadap alam. Dengan Pranoto Mongso, para petani dulu mampu menjaga siklus tanam-panen yang selaras dengan lingkungan, tanpa merusak tanah atau menguras sumber daya.

Namun, zaman terus bergerak maju, dan tantangan pun semakin rumit.

Tantangan di Era Modern

Di zaman sekarang, Pranoto Mongso menghadapi dua musuh besar: perubahan iklim dan teknologi modern.

  1. Perubahan Iklim
    Dunia kita sekarang tidak lagi seperti dulu. Musim hujan dan kemarau yang dulu bisa diprediksi dengan mudah kini berubah-ubah. Kadang hujan deras datang di saat seharusnya kemarau, atau sebaliknya. Pola cuaca yang kacau ini membuat Pranoto Mongso, yang mengandalkan keteraturan alam, sering kali tidak sesuai lagi dengan kenyataan.

  2. Teknologi Modern
    Teknologi memberikan kemudahan luar biasa bagi petani. Aplikasi cuaca berbasis satelit mampu memprediksi curah hujan hingga ke detail jam tertentu. Mesin-mesin modern membantu mengolah lahan dengan lebih cepat dan efisien. Dengan kemudahan seperti ini, banyak yang merasa Pranoto Mongso sudah tidak relevan. “Untuk apa mengandalkan kalender tradisional kalau ponsel saya bisa memberi info cuaca dengan lebih akurat?” begitu kata sebagian petani muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun