Tim desain biasanya memberikan banyak opsi, tapi si calon malah pusing sendiri. Dalam hati dia berpikir, “Yang penting kuat buat nahan berkas-berkas tebal, deh!” Akhirnya, dipilihlah meja kayu jati super besar yang, ironisnya, lebih sering digunakan untuk menaruh gelas kopi daripada dokumen serius.
4. Audisi Tim Inti: Drama Berebut Kuasa dan Jabatan
Setelah menang, tim sukses biasanya langsung berganti profesi jadi pelamar kerja. Semua merasa berhak mendapat posisi, dari kepala dinas hingga staf ahli. Proses ini sering kali lebih seru dari audisi Indonesian Idol. Ada yang membawa CV lengkap, ada juga yang cuma bermodal cerita, “Pak, saya ini yang ngecat posko waktu kampanye, lho!”
Si calon harus pintar berdiplomasi agar tidak ada yang sakit hati. Kalau ada yang tidak terpilih, biasanya akan diberikan jawaban standar: “Nanti ada posisi yang lebih cocok buat kamu.” Posisi yang dimaksud? Ya, kadang cuma jadi anggota panitia lomba 17-an.
5. Mengingat Janji Kampanye: Utang yang Mulai Dikejar
Janji kampanye adalah hal yang dulu terasa indah, tapi kini jadi beban. Mulai dari wifi gratis untuk semua warga hingga subsidi pupuk buat petani, semua harus dipikirkan cara merealisasikannya.
Di rapat pertama, tim ekonomi langsung memberikan laporan: “Pak, kalau wifi gratis benar-benar kita jalankan, anggaran habis dalam 6 bulan. Listrik kantor aja bisa nggak kebayar.” Tapi tentu saja, janji adalah janji. Solusinya? Wifi gratis tetap jalan, tapi hanya aktif di jam tertentu, misalnya pukul 3 pagi sampai subuh.
6. Latihan Pidato Pelantikan: Antara Inspirasi dan Meme
Pidato pelantikan adalah momen penting, karena ini adalah kali pertama calon kepala daerah berbicara sebagai pemimpin. Pidatonya harus penuh inspirasi, tapi jangan sampai terlalu lebay. Kalau salah, keesokan harinya meme tentang dirinya akan bertebaran di media sosial.
Pernah ada calon kepala daerah yang terlalu semangat dan berkata, “Saya akan menghapus kemiskinan dalam 100 hari pertama!” Besoknya, netizen langsung membuat meme dengan tulisan: “Ternyata Superman ada di sini!” Pelajaran penting: realistis itu kunci.
7. Bertemu Rival: Diplomasi Tersenyum Sambil Menahan Emosi