Pak Dahlan Iskan (DI): Dari beliau, saya belajar menulis dengan struktur kalimat yang pendek, lugas, dan penuh makna. Meski sudah di usia lanjut, Pak Dahlan tetap produktif—satu hari, satu tulisan! Tema yang diangkat sering kali ringan, namun sarat makna. Bahasanya sederhana, renyah, dan mudah dicerna. Sungguh teladan produktivitas yang luar biasa.
 Mas Iqbal Aji Daryono (IAD): Dari Mas Iqbal, saya belajar menulis esai yang "relate" dengan kehidupan sehari-hari. Tulisan beliau selalu terasa dekat, seperti bercermin pada pengalaman sendiri. Dengan gaya bahasa yang mengalir dan renyah, pembaca tak sadar sudah menuntaskan esai panjang tanpa terasa bosan.
 Pak AS Laksana: Beliau mengajarkan saya bahwa menulis adalah proses kontemplasi. Tulisan bisa menjadi media penyembuhan diri—sebuah ruang untuk healing. Menulis tidak hanya soal menyampaikan ide, tetapi juga berdamai dengan diri sendiri.
Terima kasih kepada semua guru menulis saya. Sebenarnya masih banyak sosok lain yang ingin saya sebutkan, tapi biarlah itu untuk tulisan berikutnya.
Hari ini adalah langkah pertama. Semoga bisa menulis dengan istikamah, seperti Pak Dahlan yang setiap hari konsisten menghasilkan satu tulisan. Tidak perlu terburu-buru, cukup satu tulisan setiap hari yang lahir dari hati.
Selamat merayakan momen dengan tulisan. Semoga perjalanan ini menjadi awal dari sesuatu yang lebih besar.
Semoga ini bukan hanya tulisan pertama dan terakhirku. Semoga perjalanan menulis ini terus berlanjut dan semakin berkembang, seiring dengan berjalannya waktu. Dan bagi diriku yang dulu, yang selalu takut dan ragu, aku ingin berkata: "Kamu sudah memulai, dan itu adalah langkah yang luar biasa!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H