Tidak ada yang menyangka jika di Bojonegoro ada sebuah petilasan atau tempat singgah yang konon pernah menjadi tempat singgah Syekh Siti Jenar. Â Lokasi yang diyakini terdapat petilasan Syekh Siti Jenar tersebut berada tidak jauh dari Kota Bojonegoro kurang lebih 12 kilometer ke arah Timur, yakni di Dusun Lemahbang Desa Margomulyo Kecamatan Balen.
Terdapat sebuah bangunan tembok dengan ukuran 6 x 4 meter di lokasi tersebut dan bergenteng keramik. di dalamnya terdapat bangunan lagi yang terbuat dari kayu yang berukuran 21 meter. Di luarnya terdapat pohon ploso dan dulunya banyak tumbuh pohon siwalan.
Mengutip Miftah H. Yusufpati mengenai berbagai versi asal usul Syekh Siti Jenar ini, di antaranya seperti di bawah ini;
Pada saat Sunan Bonang memberi pelajaran iktikad kepada Sunan Kalijaga di tengah perahu yang saat bocor ditambal dengan lumpur yang dihuni cacing lembut. Ternyata si cacing mampu dan ikut berbicara sehingga ia disabda Sunan Bonang menjadi manusia, diberi nama Seh Sitijenar dan diangkat derajatnya sebagai Wali.
Menurut Bratakesawa dalam bukunya "Falsafah Siti Djenar" (1954) dan buku "Wejangan Wali Sanga" himpunan Wirjapanitra, dikatakan bahwa nama lain dari Syekh Siti Jenar antara lain Seh Lemahbang atau Lemah Abang, Seh Sitibang, Seh Sitibrit atau Siti Abri, Hasan Ali Ansar dan Sidi Jinnar.
Sampai di sini, Syekh Siti Jenar dikisahkan sebagai jelmaan cacing. Namun dalam naskah yang tersimpan di Musium Radyapustaka Solo, dikatakan bahwa ia berasal dari rakyat kecil yang semula ikut mendengar saat Sunan Bonang mengajar ilmu kepada Sunan Kalijaga di atas perahu di tengah rawa.
Sedangkan dalam buku Sitijenar tulisan Tan Koen Swie (1922), dikatakan bahwa Sunan Giri mempunyai murid dari negeri Siti Jenar yang kaya kesaktian bernama Kasan Ali Saksar, terkenal dengan sebutan Siti Jenar.
Karena permohonannya belajar tentang makna ilmu rasa dan asal mula kehidupan tidak disetujui Sunan Bonang, maka ia menyamar dengan berbagai cara secara diam-diam untuk mendengarkan ajaran Sunan Giri.
Hanya saja, menurut Sulendraningrat dalam bukunya "Sejarah Cirebon" (1985) dijelaskan bahwa Syeh Lemahabang berasal dari Baghdad beraliran Syi'ah Muntadar. Ia menetap di Pengging Jawa Tengah dan mengajarkan agama kepada Ki Ageng Pengging (Kebokenongo) dan masyarakat.
Lantaran alirannya ditentang para Wali di Jawa maka ia dihukum mati oleh Sunan Kudus di Masjid Sang Cipta Rasa (Masjid Agung Cirebon) pada tahun 1506 Masehi dengan Keris Kaki Kantanaga milik Sunan Gunung Jati dan dimakamkan di Anggaraksa/Graksan/Cirebon. Versi lain dimakamkan di Masjid Demak.