Mohon tunggu...
Choirul Anam
Choirul Anam Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Partikelir

Ngaji, Ngopi, Literasi, Menikmati hidup dengan huruf, kata dan kalimat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sumpah Pemuda ke-96: Peran Pemuda dalam Menghadapi Revolusi Industri 5.0

21 November 2024   13:39 Diperbarui: 21 November 2024   13:44 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Era 5.0 Sumber : medsi.stmikroyal.ac.id

Setiap tahun, pada tanggal 28 Oktober, kita memperingati Hari Sumpah Pemuda, sebuah momen bersejarah yang mengingatkan kita pada tekad dan keberanian pemuda Indonesia di masa lalu untuk bersatu membangun bangsa. Tahun 2024 ini, kita telah sampai pada peringatan yang ke-96. Hampir satu abad berlalu sejak pemuda Indonesia dengan lantang bersumpah "bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu." Namun, di tengah kemajuan zaman, makna Sumpah Pemuda terus berkembang, khususnya ketika kita memasuki era yang dikenal sebagai Revolusi Industri 5.0.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Revolusi Industri 5.0? Jika kita mengenal Revolusi Industri 4.0 sebagai era di mana teknologi, otomatisasi, dan kecerdasan buatan mendominasi dunia industri, maka Revolusi 5.0 adalah langkah berikutnya yang lebih berfokus pada kolaborasi antara manusia dan teknologi. Di era ini, teknologi tidak hanya mengambil alih pekerjaan rutin, tetapi juga dirancang untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan lebih baik, memberikan ruang untuk kreativitas, kemanusiaan, dan keseimbangan sosial.

Lalu, bagaimana peran pemuda di tengah transformasi besar ini? Mari kita simak peran strategis mereka dalam menghadapi Revolusi Industri 5.0, sembari merenungkan bagaimana nilai-nilai Sumpah Pemuda tetap relevan dalam konteks zaman yang serba digital ini.

Peran Pemuda dalam Menghadapi Revolusi 5.0: Kreator Perubahan Sosial

Pemuda selalu menjadi motor penggerak perubahan, tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia. Seperti halnya di tahun 1928, ketika mereka berhasil menyatukan visi dan misi untuk kemerdekaan Indonesia, sekarang pun generasi muda dihadapkan pada tantangan baru: menghadapi perubahan besar yang ditandai oleh kemajuan teknologi yang begitu pesat.

Di era Revolusi 5.0, salah satu peran utama pemuda adalah sebagai kreator inovasi. Pemuda bukan lagi hanya pengguna teknologi, tetapi juga pencipta solusi berbasis teknologi yang berfokus pada kesejahteraan manusia. Misalnya, dengan kemampuan mereka dalam pemrograman, kecerdasan buatan (AI), serta penggunaan big data, mereka mampu menciptakan teknologi yang lebih manusiawi, ramah lingkungan, dan inklusif. Banyak anak muda Indonesia yang sudah mulai menunjukkan peran aktif dalam inovasi, terutama dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan lingkungan, di mana mereka berkolaborasi dengan teknologi untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang kompleks.

Sebagai contoh, pemuda di bidang kesehatan memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan aplikasi kesehatan yang memungkinkan masyarakat mengakses pelayanan medis dengan lebih mudah. Sementara itu, di bidang pendidikan, teknologi virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) mulai digunakan untuk membuat proses belajar menjadi lebih interaktif dan menarik, menghubungkan siswa di pelosok negeri dengan materi-materi berkualitas yang sebelumnya sulit diakses.

Kolaborasi Manusia dan Teknologi: Tantangan Etis dan Moral

Di balik peluang besar yang ditawarkan Revolusi 5.0, terdapat tantangan besar yang harus dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah menjaga agar kemajuan teknologi tidak mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Di sinilah peran pemuda sebagai penjaga etika sangat dibutuhkan. Revolusi 5.0 mendorong terciptanya teknologi yang semakin dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari, tetapi ada potensi masalah seperti privasi, ketidaksetaraan akses, dan bahkan ketergantungan pada teknologi yang perlu diantisipasi.

Pemuda memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa teknologi yang mereka kembangkan dan gunakan tidak hanya berfokus pada efisiensi dan keuntungan, tetapi juga memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat luas. Mereka perlu aktif terlibat dalam dialog etis tentang bagaimana teknologi bisa digunakan secara bertanggung jawab, memastikan bahwa perkembangan teknologi tetap berpihak pada manusia, bukan sebaliknya.

Salah satu contoh tantangan moral di era ini adalah bagaimana kecerdasan buatan (AI) dapat memengaruhi lapangan kerja. Meskipun AI dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi, di sisi lain ia juga dapat menggantikan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh manusia. Pemuda, dengan semangat inovasinya, harus mencari solusi agar teknologi ini menciptakan lapangan kerja baru, bukan malah memperparah pengangguran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun