Beberapa negara seperti Finlandia, yang terkenal dengan sistem pendidikannya, telah menghapus ujian nasional dan menggantinya dengan penilaian berbasis proyek, portofolio, dan observasi. Hasilnya? Finlandia consistently ranks high dalam berbagai penilaian global seperti PISA (Programme for International Student Assessment). Siswa mereka belajar tidak hanya untuk mendapatkan nilai, tetapi juga untuk memahami dan mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan nyata.
Indonesia bisa belajar dari model ini. Memang, mengganti UN bukan hal yang mudah, tetapi perbaikan sistem penilaian bisa menjadi langkah pertama. Dengan berfokus pada penilaian berkelanjutan yang melibatkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan problem solving, siswa akan lebih siap menghadapi tantangan dunia nyata. Ini bukan sekadar soal lulus atau tidak lulus, tetapi soal menciptakan generasi yang tangguh, kreatif, dan mampu beradaptasi.
Menemukan Jalan Tengah
Bukan berarti UN sepenuhnya buruk. Ada elemen-elemen positif yang bisa diambil dari sistem penilaian terstandar. Namun, perlu ada revisi besar-besaran dalam cara kita menerapkan ujian semacam ini. Kuncinya adalah keseimbangan. Jika UN harus kembali, mungkin bisa dirancang ulang agar tidak hanya menjadi penilaian akhir, tetapi bagian dari rangkaian evaluasi yang lebih menyeluruh.
Sistem penilaian gabungan yang melibatkan tes tertulis, proyek kelompok, dan penilaian harian bisa menjadi alternatif yang lebih sehat. Hal ini tidak hanya mengurangi tekanan psikologis yang berlebihan, tetapi juga memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kemampuan siswa secara keseluruhan. Guru dan orang tua juga perlu dilibatkan lebih aktif dalam proses ini, memastikan bahwa anak-anak mendapat dukungan emosional dan mental yang mereka butuhkan.
Refleksi untuk Masa Depan
Pada akhirnya, UN adalah simbol dari sebuah sistem pendidikan yang masih terobsesi dengan angka. Kita perlu meninjau ulang kebijakan ini, bukan hanya dari perspektif akademik, tetapi juga dari sisi psikologis siswa. Jika tujuan kita adalah mencetak generasi penerus yang tidak hanya cerdas, tetapi juga sehat secara mental dan mampu berpikir kritis, maka perubahan mendasar harus dilakukan. Dan perubahan ini tidak bisa hanya bertumpu pada satu ujian nasional.
Pendidikan adalah tentang menyiapkan manusia untuk menghadapi dunia, bukan hanya soal soal ujian. Jadi, sebelum kita memutuskan apakah UN akan kembali atau tidak, mari kita pastikan bahwa pendidikan kita benar-benar berpihak pada masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H