Humor ini sebenarnya menunjukkan rasa skeptis warga terhadap janji yang terlalu bombastis. Mereka sadar bahwa, sering kali, janji-janji debat hanya tinggal janji setelah kursi empuk kekuasaan berhasil diduduki.
Realistis atau Omon-omon?
Rasionalisasi program bisa jadi solusi nyata, tapi juga bisa berakhir jadi omon-omon belaka kalau hanya dipakai sebagai jargon politik. Kuncinya adalah transparansi dan konsistensi. Calon bupati harus mampu menunjukkan data konkret: program mana yang akan dipangkas, mana yang akan diprioritaskan, dan bagaimana dampaknya terhadap masyarakat.
Warga Bojonegoro tidak butuh janji muluk. Mereka butuh solusi nyata untuk jalan rusak, akses kesehatan yang lebih baik, dan peluang ekonomi yang merata. Rasionalisasi program harus dimulai dari pemahaman bahwa anggaran adalah milik rakyat, bukan sekadar bahan kampanye.
Dari Debat ke Realisasi
Akhirnya, semua kembali pada para calon bupati. Apakah mereka benar-benar memahami makna rasionalisasi program, atau hanya menjadikannya alat retorika? Dan bagi warga Bojonegoro, tugasnya adalah terus mengawasi, mengkritisi, dan---kalau perlu---menggoda dengan humor, agar para pemimpin terpilih tidak lupa janji mereka.
Karena, seperti yang sering dikatakan di warung kopi: "Janji itu seperti angin. Kalau tidak dikawal, bisa berubah arah." Jadi, mari kita pastikan rasionalisasi program bukan sekadar angin lalu, tapi benar-benar membawa angin segar bagi Bojonegoro.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H