Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pengorbanan

3 Januari 2020   20:29 Diperbarui: 3 Januari 2020   20:45 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hai Anton. Long time no see you, my hero," jawab Diana dengan wajah antusias. Binar mata dan suara khasnya, masih tersisa. Keramahan dan senyumnya juga masih kuat seperti jaman dulu.

Mengapa Diana memanggilku hero, karena ceritanya pernah sering membantu memperbaiki sepedanya. Mulai dari rantai yang copot, ban sepedanya gembos, hingga mengencangkan sadel sepedanya yang longgar. Dia menghargai dengan menyebut saya sebagai hero. Walaupun sebenarnya itu adalah bagian dari pe-de-ka-te.

"Bagaimana kabarnya? Senang bertemu Diana kembali."

"Baik. Aku kangen kalian semua. Berharap bertemu kamu juga Anton terus Rifai dan Sulaiman yang dulu jadi teman akrabmu ya."

Saya senang bisa bertemu dan berbincang kembali dengan Diana. Namun pikiran masih belum bisa menerima, mengapa dia bisa begitu berubah dan jauh berbeda dengan dulu. Iya dulu saat masih di bangku SMA. Dulu saat perpisahan kelulusan. 

"Why? Why? Why?" Semua tanda tanya besar yang saya harapkan dapat jawabannya dari Diana langsung.

"Eh kemana suamimu kok tidak ikut?" 

"Ada tuh di depan. Lagi nungguin di mobil."

"Enggak bisa. Dia orangnya enggak terlalu pede. Tidak pernah mau ikutan acara bersama-sama."

Setelah ngobrol begitu lama, terungkap lah rahasia Diana. Diana bercerita panjang kali lebar kali tinggi, mengapa dia berubah menjadi tidak secantik dulu.

Ceritanya suami Diana yang bernama Bondan ini merupakan teman kuliahnya dulu. Dia mahasiswa yang cerdas, namun memiliki kekurangan secara penampakan. Wajahnya tidak begitu simetris dengan gigi tongos dan tinggi badan yang tidak proporsional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun