Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

6 SKS yang Menentukan dalam Hidup

1 Januari 2016   15:04 Diperbarui: 1 Januari 2016   15:44 1172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda yang pernah bersinggungan dengan bangku kuliah di perguruan tinggi tentu paham apa itu SKS. SKS merupakan singkatan dari Satuan Kredit Semester, merupakan beban studi atau bobot pengakuan setiap mahasiswa dalam menempuh sebuah program pendidikan. Seperti program pendidikan diploma tiga (D3), dengan jumlah SKS yang harus ditempuh sebesar 110-120 SKS. Sedangkan program pendidikan sarjana strata satu (S1), antara 144-160 SKS. Namun SKS bisa juga diartikan sebagai Sistem Kebut Semalam, untuk menyebutkan perilaku belajar mahasiswa yang belajar semua materi yang akan diujikan pada malam sebelumnya.

Seorang mahasiswa dinyatakan lulus (yudisium) dan dapat mengikuti proses wisuda, apabila telah menempuh jumlah SKS yang disyaratkan dan lulus semua matakuliah. Satu (1) SKS saja tidak terpenuhi, maka si mahasiswa tidak berhak dinyatakan lulus sebagai sarjana.

Namun sayangnya, banyak mahasiswa tertunda kelulusannya bahkan sampai DO (Drop Out) karena sebuah tugas studi yang bernama Skripsi atau Tugas Akhir. Bobot SKS skripsi memang hanya 6 SKS saja. Tetapi merupakan 6 SKS yang menentukan. Tidak heran bila banyak mahasiswa yang menyelesaikan 138 SKS-nya dalam waktu 3.5 tahun, namun 6 SKS-nya dalam waktu 1-2 tahun. Sebaik apapun semua nilai yang telah didapat, bahkan sampai semua matakuliah mendapatkan nilai A Plus, bila yang 6 SKS ini belum diselesaikan, Anda tidak bisa menjadi seorang sarjana. Singkatnya, dinyatakan lulus dan dinyatakan sebagai seorang sarjana apabila telah menempuh semua SKS.

Hidup dan Kematian Kita

Paparan di atas sebenarnya merupakan ilustrasi dari kehidupan kita di dunia. Setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Bagi Anda yang beragama tentu juga mempercayai akan adanya kehidupan setelah kematian. Kehidupan di dunia hanya sebentar saja, sedangkan kehidupan di akhirat nanti akan kekal selama-lamanya. Kuliah itu hanya 7-14 semester dan setelah itu lulus atau DO. Tidak ada lagi istilah mahasiswa abadi yang tidak pernah lulus dan menyandang status mahasiswa sampai batas waktu yang tidak jelas.

Orang Baik Masuk Neraka, Orang Jahat Masuk Surga

Tidak masalah seberapa baikkan seorang mahasiswa saat kuliah. Rajin kuliah dan praktikum. Semua nilai mendapat A. Baik kepada teman dan dosennya. Aktif di organisasi kemahasiswaan. Bahkan sampai menjadi ketua BEM universitas. Namun sampai akhir masa studinya tidak juga dapat menyelesaikan skripsi atau tugas akhirnya, dia akan dinyatakan 'lulus' dari kampusnya dengan 'tidak terhormat'. Tidak ada dosen, mahasiswa, dekan bahkan rektor sekalipun yang akan menyelamatkannya dengan mengatakan, sudah kamu bisa lulus dan wisuda tanpa skripsi. Jika ada yang demikian, pasti itu kampus abal-abal yang biasa menjual ijasah dan menukar nilai dengan uang.

Demikian juga dengan kehidupan kita. Sebaik apapun Anda di kehidupan dunia, ada 6 SKS yang harus diselesaikan sebelum waktu hidup kita benar-benar habis. Yaitu menjaga keimanan dan keislaman kita di saat sakratul maut. Sakratul maut adalah proses atau peristiwa keluarnya ruh dari jasad. Prosesnya bisa sangat menyakitkan. Di situ lah 'dosen penguji' berupa syaitan yang terkutuk, akan menggoda kita agar di saat terakhir, mati dalam kesesatan.

Mahasiswa yang biasa belajar, mengerjakan skripsinya sendiri dan berusaha keras untuk menguasai materi skripsinya, sangat mungkin mudah untuk melewati sidang skripsi. Seseorang yang dalam hidupnya biasa memelihara amalan baik. Selalu berusaha menjaga hubungan dengan Allah, sesama manusia dan alam, InsyaAllah akan mudah menghadapi sakratul maut dan diwafatkan dalam keadaan akhir yang baik (Husnul Khotimah). Namun bagi mereka yang memelihara kemaksiatan dalam hidupnya dan tidak juga bertaubat hingga akhir hidupnya, sesungguhnya dia termasuk dalam akhir yang buruk (Su'ul Khatimah).

Namun, apakah mungkin seseorang yang sangat jahat, tidak beriman kepada Allah dan RasulNya, serta kehidupannya penuh dengan kemaksiatan, bisa lulus dengan nilai yang baik dan masuk surga? Ya sangat mungkin. Allah Maha Berkehendak. Dengan kehendakNya lah seseorang dapat menerima hidayah Allah (pertolongan), sehingga sesaat sebelum akhir hidupnya, dia sempat mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda keimanannya, maka seketika, semua dosanya diampuni oleh Allah SWT seolah-olah terlahir sebagai bayi yang tidak memiliki dosa.

Hidayah itu seperti penganugerahan Doctor Honoris Causa (Gelar Doktor Kehormatan) oleh sebuah perguruan tinggi, bagi seseorang yang dinilai kompeten di bidangnya, berperilaku baik, membawa kemanfaatan di masyarakat, tanpa adanya proses pendidikan seperti mahasiswa umumnya yang harus menempuh S1, S2 dan puncak S3 dengan menyelesaikan sekian banyak SKS.

Kehidupan dan akhir kehidupan itu juga masih misteri.  Belum tentu juga orang yang dari awal kehdupannya baik, ahli ibadah dan tidak pernah berbuat maksiat, dapat dipastikan akan husnul khotimah. Dalam Islam, tidak seorang pun dapat dijamin mengakhiri kehidupan dunia dengan baik dan masuk surga, kecuali mereka yang memang mendapatkan jaminan dari Allah SWT dan RasulNya. Seperti beberapa shabat Rasulullah yang memang sudah mendapatkan jaminan, karena perjuangannya menegakkan Islam. Kisah Barshisa -- seorang ahli ibadah di jaman Bani Israil, yang akhirnya mati dalam kekufuran karena tidak lulus ujian 'Tugas Akhir'.

Bagaimana bila seorang atheis yang begitu sangat baik, bermanfaat bagi kehidupan manusia lainnya, cinta damai, aktifis lingkungan hidup. Apakah nantinya dia akan masuk surga? Mungkin dia baik di hadapan manusia, tetapi manusia tanpa iman, tidak akan berharga di hadapan Allah. Lagi pula, atheis tidak percaya adanya surga dan neraka, jadi mereka juga tidak membutuhkan surga, kelak. Dan pasti mereka akan benar-benar merasa rugi. Seperti yang tercantum di dalam Al-Quran, surah ke 103 (Al-Ashr).

1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Untuk lulus dengan nilai baik, 3 hal yang harus dimiliki oleh seorang manusia, yaitu: iman, amal saleh dan saling menasehati untuk berbuat kebaikan dan kesabaran. Amal saleh dan mengajak orang berbuat baik tanpa iman, dia dikategorikan sebagai orang yang merugi. Sebaliknya, iman saja tanpa adanya amal saleh dan mengajak orang berbuat kebaikan dan kebenaran, juga masuk kelompok manusia yang rugi. Hidup baik tanpa iman, seperti telah menyelesaikan 138 SKS, namun tidak dapat dinyatakan lulus karena belum menyelesaikan tugas akhir yang 6 sks tersebut. 6 SKS bisa mengesampingkan yang 138 SKS!

Penutup

Melalui tulisan ini, saya mengajak Anda semua untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, meningkatkan amal saleh, saling nasihat-menasehati dalam kebaikan dan kebenaran. Bersabar dan mengajak orang lain untuk sabar dalam menempuh kehdupan dan ujian di dunia. Semoga saya dan Anda nantinya, bisa lulus dari kehidupan dunia dengan nilai Summa Cumlaude dan termasuk orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat nanti. Aamiin...

 

Sumber gambar: https://assets.kompas.com/

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun