Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Lamaran Pekerjaan 1 Milyar

23 April 2015   13:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:46 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah seminggu aku mengurung diri di rumah akibat baru saja di-PHK, hingga akhirnya seorang teman mengabariku melalui SMS kalau sebuah perusahaan membuka lowongan pekerjaan. Tentu saja aku begitu antusias dan berusaha mengorek lebih lanjut informasi tersebut. "Posisi apa, daerah mn, gaji brp?" Tanyaku penasaran juga melalui pesan pendek. Si teman cuman ngasih sebuah link website perusahaan, untuk aku buka sendiri. Dengan sisa paket internet yang tinggal beberapa MB, akhirnya aku dapatkan juga detail informasinya.

Iklan lowongan tersebut benar-benar mengejutkan. Bagaimana tidak, total gaji plus bonus yang didapat bisa lebih dari 1 milyar rupiah selama setahun, untuk posisi manajer marketing. Itu posisi yang sesuai dengan spesifikasiku, baik dari segi pengalaman, usia, pendidikan hingga keterampilan khusus. Disebutkan juga, surat lamaran dibawa langsung karena akan langsung diadakan proses wawancara. Celakanya, batas waktunya besok. Uh, benar-benar mepet sekali.

"Ma... ma...., tolong siapkan baju dan dasi terbaikku ya. Besok Papa akan ada melamar kerja lagi," pintaku dengan penuh semangat. Tampak senyum bahagia istriku. Aku tahu, selama seminggu ini istriku hanya membiarkanku menenangkan diri, akibat tergucang baru saja di_PHK. Walau tabungan dan pesangon 3x gaji, lebih dari cukup untuk hidup 6 bulan lagi tanpa bekerja, namun aku memang merasakan mental down akibat di-PHK. Perasaan terbuang dan tidak dihargai, begitu membuatku merasa begitu terpuruk. Ini menjadi harapan baru bagi

***

"Selamat siang Pak," sapaku pada seorang satpam di pintu masuk.

"Dengan Bapak siapa dan ada keperluan apa?" tanya Pak Satpam dengan ramah.

"Nama saya, Alifbaktak dan bermaksud mengajukan lamaran."

"Sebentar saya cek di daftar pelamar." Pak Satpam tersebut memeriksa kertas yang dipegangnya.

"Oh iya, Pak Alifbaktak bin Kasmuji. Bapak sudah terdaftar di sini. Silahkan Bapak masuk dan ambil lorong ke kanan, ada ruangan rapat utama. Bapak urutan ke 69."

"Terimakasih," jawabku dan melangkah mengikuti petunjuk yang diberikan tadi. Namun sebenarnya otakku sedang berfikir keras, bagaimana nama lengkapku bisa sudah tercantum di daftar satpam tadi, padahal aku sendiri belum pernah mendaftar. Kemarin saat membuka website perusahaanpun rasanya tidak ada form isian pendaftaran. Apalagi sampai mendapatkan nomer 69. Nomer yang tidak kalah anehnya dan saru. Mengapa tidak diganti saja menjadi nomer 68b saja. Ah mungkin temanku kemarin yang telah mendaftarkanku terlebih dahulu. Positive thinking saja lah.

Sampai di ujung lorong, sebuah ruangan bagus dengan kursi tunggu ala rumah sakit, berjajar memenuhi depan ruangan yang cukup luas. Seorang wanita menyambutku dengan senyuman sambil menganggukkan kepala dan memberi selembar kertas berupa checklist dokument yang harus dibawa, serta posisi yang diinginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun