[caption id="attachment_374371" align="aligncenter" width="484" caption="Mas Nurul sedang termenung (Dok.Pri)"]
[caption id="attachment_374394" align="aligncenter" width="484" caption="Kompasianer Kopdar di Kopitiam Surabaya (Dok.Pri)"]
Mas Nurul tampak sering termenung sendiri. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Dugaan pertama saya, Mas Nurul memang terpengaruh efek begadang di Kopitiam tadi malam. Dugaan kedua, Mas Nurul takut kalau nanti naik pentas terus diserbu oleh peserta wanita minta foto bersama, tanda tangan dan minta ongkos pulang sekalian. Namun yang paling berbahaya kalau sampai Mas Nurul lupa kalau sudah tidak jomblo lagi, sehingga mau bersaing dengan para jomblo untuk mencari jodoh di Surabaya. Ah... itu hanya pikiran sesat saya saja karena biasa menulis cerita fiksi.
Acara dimulai dengan tampilnya demonstrasi jurus silat oleh UKM Silat Tapak Suci Unair. Mereka menampilkan jurus-jurus bela diri seperti sebuah tarian yang meliuk-liuk. Selain itu, ditampilkan juga demonstrasi perkelahian berpasangan dan penggunaan senjata celurit.
Saya segera mencari tempat duduk yang cukup strategis untuk mengambil foto. Sama seperti waktu kuliah dulu yang berprinsip, "Tempat menentukan prestasi." Kali ini saya ingin mendapatkan sudut pengambilan gambar terbaik. Namun sayang, saya tidak cukup berani memanjat menara lampu dan merayap ala spiderman di langit-langit gedung, untuk mengambil gambar dengan angel yang tidak biasa.
[caption id="attachment_374375" align="aligncenter" width="538" caption="Mas Nurul in action (Dok.Pri)"]
Tibalah saatnya Mas Nurul untuk naik ke panggung. Saat Mas Nurul tampil dengan foto coolnya di layar, seorang mahasiswi di samping saya berteriak histeris. Saya pikir ini pasti salah satu fans yang 'menggilai' Mas Nurul yang punya tampang ala artis K-Pop. Namun ternyata berteriak hanya karena kakinya terinjak temannya. Huff... untunglah. Bisa tidak kembali ke Jakarta, kalau para fans Mas Nurul mulai histeris. (Paragraf ini asli fiksi. Mohon Anda coret sendiri di layar Anda).
Apalagi saat Mas Nurul selesai presentasi tentang sejarah Kompasiana.com dan pengaruhnya bagi dunia pemberitaan warga di Indonesia, masuklah pada sesi tanya jawab. Mas Hariadi -- kompasianer dari Malang, yang duduk di barisan kursi paling depan langsung mengacungkan jempolnya dan digoyang-goyang sebagai tanda dia ingin bertanya. Setahu saya memang hobinya dari dulu bertanya. Entah apakah kali ini agar dilirik peserta yang memang cantik-cantik, atau memang mengincar hadiah bagi yang bertanya.
[caption id="attachment_374382" align="aligncenter" width="484" caption="Mas Selamet Hariadi di panggung bersama Mas Nurul (Dok.Pri)"]
Setelah puas mengambil beberapa gambar dari bagian tengah, saya kembali mencari Mas Arif Kunaifi yang ternyata tidak jauh-jauh dari tempat pertemuan pertama. Mas Arif mengajak saya membeli kopi di stand Kopi Torabika yang menjadi salah satu sponsor acara. Ternyata, pembeli dan penjualnya pun wanita.
[caption id="attachment_374385" align="aligncenter" width="484" caption="Stand Kopi bersama Mas Arif (Dok.Pri)"]