Bapak yang Hebat
14 tahun setelah mengakhiri kekuasaannya sebagai orang nomor satu di Singapura, pada tahun 2004, Lee Kuan Yew patut berbangga karena putranya, Lee Hsien Loong dipilih menjadi perdanan menteri ketiga menggantikan Goh Chok Tong. Ini menandakan, Lee Kuan Yew tahu diri kapan putranya siap untuk menjadi pemimpin nomer satu dan beliau berhasil mendidik anak-anaknya untuk menjadi orang hebat seperti dirinya. Bandingkan dengan politik oligarki di Indonesia. Tanpa menyebut nama, anak-anak presiden dan mantan presiden, yang dipilih menjadi pemimpin atau menduduki jabatan tertentu hanya semata-mata karena karisma atau pengaruh bapaknya. Padahal secara kasat mata, mereka tidak memiliki kemampuan dan kepemimpinan. Akibatnya mudah ditebak. Beberapa anak mantan presiden yang menjadi pejabat atau pimpinan organisasi, hanya menjadi pupuk bawang yang tidak mampu memberi warna. But saya, ukuran kehebatan seorang bapak dapat dilihat dari kesuksesan anak-anaknya. Boleh dibilang, Lee Kuan Yew telah husnul khotimah sebagai orang tua dengan menjadi bapak yang hebat dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya.
Penutup
Gajah mati meninggalkan gading dan harimau mati meninggalkan belang. Sebuah pepatah yang tepat untuk menggambarkan Lee Kuan Yew, lepas dari segala kekurangan, kelemahan dan kekhilafannya sebagai manusia biasa, beliau telah meninggalkan warisan Singapura yang hebat. Beliau benar-benar mengakhiri kehidupannya sebagai seorang pemimpin dan seorang ayah yang baik. Wajar bila warga Singapura memberikan penghormatan terakhirnya dengan penuh khitmat.
Selamat beristirahat dalam damai Lee Kuan Yew. Kisah hidup dan karyamu menjadi pelajaran yang berharga bagi generasi berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H